Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sanksi Ekonomi AS Pecah Belah Warga Iran?

Sanksi Ekonomi AS Pecah Belah Warga Iran? High angle photo of person holding turned on smartphone with tall buildings background. | Kredit Foto: Unsplash/Jakob Owens
Warta Ekonomi, Teheran -

Banyak warga Iran akhirnya menggunakan media sosial untuk melampiaskan amarah pada apa yang mereka lihat sebagai aksi korupsi dan pemborosan dari segelintir orang yang memiliki hak istimewa, sementara mayoritas warga berjuang untuk bertahan dalam ekonomi karena menghadapi sanksi AS yang lebih ketat.

Negara ini telah dilanda gelombang protes pada tahun lalu, beberapa dari mereka melakukan kekerasan, tetapi ketika tekanan ekonomi meningkat, orang-orang semakin banyak menuding orang kaya dan berkuasa, termasuk para ulama, diplomat, pejabat, dan keluarga mereka melakukan aksi pemborosan.

Satu orang yang menyalurkan kebencian itu adalah Seyed Mahdi Sadrossadati, seorang ulama yang relatif tidak dikenal yang telah mengumpulkan 256.000 pengikut di akun Instagram-nya dengan serangkaian posting keras yang ditujukan untuk anak-anak dari elit Iran.

Dalam satu posting baru-baru ini, ia mengecam kehidupan mewah seorang komandan Pengawal Revolusi dan putranya, yang memasang selfie online di depan harimau yang tergeletak di balkon sebuah rumah besar.

Dengan secara terbuka mengkritik anggota yang terkenal dari unit militer yang notabene kuat apalagi mengundang perhatian Pemimpin Agung Ayatollah Ali Khamenei itu sendiri merupakan tindakan pembangkangan yang tidak biasa di Iran.

“Seekor harimau di rumah? Apa yang terjadi sebenarnya?," tulis Sadrossadati.

“Dan ini dari seorang pemuda berusia 25 tahun yang tidak bisa mendapatkan kekayaan seperti itu. Orang-orang mengalami kesulitan serius untuk mendapatkan popok untuk anak mereka,” tuturnya, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (7/11/2018).

Mata uang Iran telah mencapai 149.000 dolar AS di pasar gelap yang digunakan untuk sebagian besar transaksi, turun dari sekitar 43.000 pada awal 2018, ketika Presiden AS Donald Trump bersumpah untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir antara Teheran dan kekuatan dunia yang ditujukan untuk membatasi program nuklirnya.

Hal tersebut menyebabkan biaya hidup naik tajam di Iran dan membuat impor kurang dapat diakses, sementara ancaman hukuman keuangan dari Amerika Serikat telah mendorong banyak perusahaan asing untuk menarik diri dari Iran atau menjauh.

Situasi bisa menjadi lebih buruk, karena sanksi tambahan mulai berlaku minggu ini.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: