Tanaman Hias Bernilai Ekonomi Tinggi, KKP: Bisa Jadi Peluang Bisnis
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan adanya peluang bisnis yang bisa digarap oleh pelaku usaha kelautan dan perikanan nasional yaitu terkait dengan tanaman hias air yang bernilai ekonomi tinggi.
"Ini adalah bisnis baru, komoditas baru yang harus disampaikan ke publik sebagai peluang bisnis," kata Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP) KKP Sjarief Widjaja dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu (10/11/18).
Menurut dia, skala ekonomi dari peluang bisnis tanaman hias air ini sebenarnya dinilai masih ada di bawah permukaan, sehingga perlu digali informasinya dan didorong produksinya untuk ekspor.
Ia memaparkan tanaman air atau biasa disebut "aquatic plant" atau "flora aquatic" merupakan bagian dari perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi, namun sebagian besar masyarakat belum mengetahui manfaat serta kegunaan tanaman tersebut.
Melihat besarnya potensi yang ada, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan KKP memulai riset tanaman air yang diawali dengan pendataan spesies tanaman air endemik Indonesia yang berpotensi sebagai estetika atau hiasan akuarium dan sebagai obat.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Pertanian, Kementerian Pertanian, Mastur mengungkapkan akan terus mendorong apa yang dilakukan BRSDM KP, terutama dalam inovasi pembiakan tanaman air hias.
"Budidaya tanaman air hias ini memang menggiurkan bagi siapapun yang mau memulai bisnis. Bisa untuk nelayan maupun pembudi daya juga. Untuk itu kami siap mendukung jika ada yang diperlukan, seperti hasil penelitian atau data lainnya," ungkapnya.
Sjarief juga menuturkan pentingnya untuk dilakukan kajian inventarisasi tanaman air endemik di seluruh perairan Indonesia sebelum diklaim oleh pihak asing. Pasalnya, menurut dia, permintaan tanaman air banyak diminati dalam negeri hingga manca negara. Oleh karena itu, BRSDM KP melalui Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) melakukan berbagai inovasi riset guna mendorong perekonomian petani dan pembudi daya tanaman air.
Salah satunya ialah menggunakan teknik kultur jaringan atau inovasi In-Vitro pada tanaman hias air untuk estetika ("aquascape") dan obat herbal alami baru untuk penyakit ikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2008, nilai kumulatif ekspor tanaman air pada tahun 2002-2004 mencapai angka 1.054.229 dolar AS dan pada 2006 berada di angka 676.404 dolar AS. Sebelumnya terkait dengan ekspor perikanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti memastikan nilai dan volume ekspor produksi perikanan pada 2018 meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Dalam pemaparan empat tahun kinerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Sekretariat Negara, Jakarta, pada 23 Oktober 2018, Menteri Susi menyebutkan bahwa sepanjang Januari-Juni 2018, nilai ekspor perikanan sudah mencapai 2,27 miliar dolar AS atau meningkat 12,88 persen dibandingkan periode sama 2017 sebesar 2 miliar dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: