PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mengklaim belum merasakan pengaruh pelemahan rupiah yang terjadi beberapa waktu lalu.
CEO TBIG, Hardi Wijaya mengatakan bahwa perusahaan terus menjalankan strategi konservatif untuk melindung nilai seluruh utang dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang dan semua lindung nilai tetap efektif.
"Pergerakan rupiah akhir-akhir ini tidak memiliki dampak material yang merugikan terhadap bisnis maupun finansial kami," kata Hardi di Jakarta, Senin (12/11/2018).
Sementara dari sisi kinerja perusahaan, hingga kuartal III 2018 TBIG mencatatkan pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp3.168 miliar dan Rp2.731 miliar.
Hardi mengatakan, perseroan memiliki 24.886 penyewaan dan 14.450 sites telekomunikasi per 30 September 2018. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 14.391 menara telekomunikasi dan 59 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 24.827, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,73.
"Kuartal ini, kami melihat peningkatan permintaan yang signifikan dari pelanggan kami untuk menara dan kolokasi. Kami menambahkan 1.133 penyewaan yang terdiri dari 652 sites telekomunikasi dan 481 kolokasi secara perhitungan kotor di kuartal ketiga 2018," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa kuartal III 2018 merupakan kuartal terbaik bagi perusahaan dalam hal pertumbuhan dan penambahan penyewaan. Hal tersebut membuat penambahan organik kotor perusahaan sebanyak 2.350 penyewaan untuk sembilan bulan pertama 2018.
"Kami berharap melebihi target kami untuk 2018 yang sebesar 2.500 penyewaan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: