PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) baru saja menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat (Conditional Sales & Purchase Agreement) untuk mengambil alih sejumlah 6.179.612.820 lembar saham atau setara 80,6% saham di PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB).
Alhasil, saham Badan Usaha Milik Negara itu pun sempat menyentuh level tertingginya di posisi Rp9,350 per saham. Sayangnya, pada penutupan perdagangan harga saham SMGR kembali susut ke level Rp9,150 per saham sama dengan harga pada penutupan perdagangan kemarin.
Analis Binaartha Sekuritas, M Nafan Aji Gusta Utama pun merekomendasikan para pelaku pasar untuk mengambil posisi beli terhadap saham Semen Indonesia.
“Berdasarkan perspektif teknikal, adapun potensi formasi rounding bottom sudah terlihat dalam rangka proses bullish continuation. Maka dari itu, direkomendasikan untuk ‘maintain buy’,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (13/11/2018).
Nafan memperkirakan jika saham SMGR bakal merangkak ke posisi Rp10,075 per saham hingga Rp10,900 per saham.
“Estimasi target harga jangka pendek maupun menengah hingga jangka panjang di level Rp10,075 dan Rp10,900 per saham,” terangnya.
Posisi tersebut menyamai banderol harga saham perseroan di April lalu. Saham SMGR pada 2 April 2018 memang berada di posisi Rp10,900 per saham.
Menurut Nafan, pangsa pasar SMGR relatif stabil dibanding dengan pemain semen Tier 1, dengan mampu mempertahankan pangsa pasar sekitar 39,4% per September 2018. Hal ini disebabkan karena SMGR tidak agresif dalam menaikkan harga rata-rata penjualan. Dengan demikian, pada kuartal 3 2018, pendapatan SMGR naik tipis sebesar 4,4% yoy menjadi Rp21,45 triliun. Namun, laba bersihnya meningkat 43% yoy menjadi Rp2,08 triliun berkat efisiensi bisnis dalam menjalankan strategi bisnis SMGR.
Adapun, strategi bisnis pun perseroan melakukan sentralisasi marketing, optimasi supply chain, sentralisasi pembelian, cost transformation dan pertumbuhan korporasi.
Lebih lanjut ia menyebut jika SMGR berkomitmen menekan cost dengan membeli batubara pada harga rendah, serta mengurangi ketergantungan pada penggunaan batubara dengan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga limbah miliknya.
“SMGR juga mengoptimalkan pembelian spare part inventories. Untuk efisiensi distribusi, SMGR mulai mengoperasikan packing plant di Maluku dan Bengkulu pada tahun 2018,” jelasnya.
Perseroan sepanjang tahun ini memproyekan pendapatan akan meningkat 12,67% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp31,337 triliun dengan keberhasilan meraih laba bersih sebesar 33,81% yoy menjadi Rp2,69 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: