Masyarakat Indonesia utamanya kaum milenial tentu tahu tentang salah satu startup marketplace terbesar di Indonesia, Tokopedia. Dibalik kesuksesan Tokopedia saat ini, ada kisah kerja keras seorang William Tanuwijaya, CEO sekaligus Co-founder dari Tokopedia. Siapa sangka, ternyata William merintis kesuksesan Tokopedia itu berawal dari penjaga warnet, lho.
Delapan tahun sudah Tokopedia hadir di Indonesia, naik-turun dan pasang-surut tentu sudah menjadi makanan sehari-hari William ketika membangun usahanya, hingga mencapai di puncak kesuksesan saat ini.
William lahir dari keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi, ia lahir dan besar di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Melihat kondisi perekonomian keluarga yang semakin menurun, kedua orang tua William menginginkan hidup yang lebih baik untuk anak mereka. Mereka memahami, kehidupan yang lebih baik itu harus memiliki kunci pendidikan yang lebih baik pula. Akhirnya, mereka memutuskan untuk William pergi ke Jakarta demi mengenyam pendidikan dan melanjutkan kuliah di sana.
Namun, ketika kuliah William baru memasuki semester awal Ayah William jatuh sakit. Dari musibah itu, William harus mencari pekerjaan untuk membiayai kehidupannya di Jakarta dan membantu biaya pengobatan Sang Ayah. Maka William pun memutuskan untuk bekerja paruh waktu sebagai penjaga warnet, mulai pukul 21.00-09.00 setiap harinya.
Melalui pekerjaannya menjaga warnet itulah William memiliki akses yang tidak terbatas dengan internet. Mulai dari sana pula ia merasakan jatuh cinta kepada internet, baginya internet dapat memberikan beragam informasi hanya dengan genggaman gawai di tangan. William pun yakin, suatu saat nanti internet akan mengubah dunia.
Singkat cerita, pada tahun 2003 William pun lulus sebagai sarjana IT. Setelah menjadi sarjana, William ingin sekali bekerja di sebuah perusahaan IT ternama seperti Google, namun sangat disayangkan, saat itu Google belum memiliki kantor di Indonesia. Akhirnya William pun memutuskan untuk bekerja kantoran sebagai software engineer. William pun bekerja lepas mengurus situs berbagai UKM untuk menambah penghasilan demi membantu keluarga.
Saat itu, media sosial sedang berkembang, dan banyak orang memutuskan untuk berjualan online. Ia menyadari, masyarakat Indonesia sudah mulai melihat kesempatan dan kebutuhan belanja online. Tetapi, saat itu belum ada platform yang bisa secara aman melayani belanja online tersebut.
Dengan kesadarannya itu, William pun melihat peluang besar untuk mendirikan marketplace pertama di Indonesia. Di tahun 2007, petualangan WIlliam di dunia startup pun dimulai.
William menyadari, membangun bisnis marketplace membutuhkan biaya yang banyak. Namun, ia juga sadar, ia tidak bisa menggunakan uang pribadinya untuk itu karena William masih harus membantu biaya pengobatan Sang Ayah. Oleh karena itu, WIlliam pun mencoba mencari sumber modal.
Namun, saat itu tidak ada satu pun investor yang ia kenal. Satu-satunya orang kaya yang William kenal adalah pemimpin perusahaan tempatnya bekerja. Akhirnya, bersama partnernya, Leontinus Alfa Edison, William pun memberanikan diri untuk membuka omongan mengenai ide peluncuran startupnya itu ke atasannya.
Ternyata atasan mereka pun menyambut baik ide yang mereka canangkan. Akhirnya William dan Leontinus pun dikenalkan dengan orang-orang pemodal.
Dua tahun lamanya, William ke sana kemari menjajakan idenya kepada investor, namun sayang, keberuntungan belum berpihak juga kepadanya. Belum ada investor yang berani mengeluarkan dana besar untuk startup yang William canangkan karena belum ada contoh suksesnya di Indonesia.
Bahkan, ada salah satu investor yang mengeluarkan ucapan yang tidak mengenakkan untuk dirinya, "William, mimpimu itu terlalu tinggi. Kamu masih muda, dan hidup hanya sekali, jangan sia-siakan dengan mimpi yang terlalu tinggi. Semua role model yang kamu bawa dari Amerika itu dilahirkan spesial, dan kamu tidak spesial."
Tanpa menggubris ungkapan investor itu, William masih 100% yakin bahwa mimpinya itu dapat terwujud dan mampu membawanya menuju kesuksesan.
Singkat cerita, ada investor dari Jepang yang saat itu William temui. Obrolan dengan keterbatasan kemampuan bahasa Inggris keduanya, ternyata berbuah manis. Investor Jepang itu pun tertarik dengan ide dan visi William. Babak itu menjadi awal kesuksesan William. Sambil terus memantapkan visinya, dan merajut mimpinya yang ingin memudahkan banyak orang dengan startup marketplace miliknya, William mampu menarik hati investor-investor lain dan mendapat pendanaan seri E sebesar $100 juta.
Pendanaan ini mampu menjadikan Tokopedia sebagai marketplace terbesar di Indonesia. Mimpi William pun terwujud. Penjaga warnet paruh waktu itu kini berhasil menjadi konglomerat yang jauh dari kata melarat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: