Kekhawatiran Perusahaan dan Konsumen Terhadap Keamanan Data Online Mereka
Studi independen yang dilakukan oleh Kapersky Lab dengan analisi data Applied Marketing Research mensurvei 600 perusahaan menengah dengan profesional keamanan TI serta 6.000 konsumen yang memiliki perangkat lunak keamanan dipasang di perangkat mereka, dibagi rata di seluruh Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat. Dari riset yang telah dilakukan, perangkat pertama sebagai pihak yang paling tidak diinginkan kehadirannya adalah pelaku kejahatan siber dengan 45% oleh responden perusahaan dan 47% oleh responden konsumen.
Mereka khawatir bagaimana melindungi data online mereka dari serangan jahat. Peringkat ini diikuti dengan keinginan untuk melindungi dari pemerintah mereka sendiri (masing-masing 36% dan 33%), serta pemerintah dan perusahaan asing (30% dan 26%). Sebanyak satu dari tiga (29%) responden pelaku bisnis memiliki kekhawatiran para pegawainya dapat mengkses data online mereka, sementara seperempat (26%) dari konsumen khawatir dengan anggota keluarga yang dapat memantau jejak online mereka.
VP of Public Affairs di Kapersky Lab, Anton Shingarev, mengatakan bahwa hasil penelitian ini memang luar biasa. Mereka memberikan bukti lebih lanjut bahwa teknologi dan perangkat lunak adalah blackbox bagi banyak perusahaan.
"Mereka tidak tahu cara kerjanya, apa yang ada di dalam, data apa yang dikumpulkan atau bagaimana data tersebut disimpan sebagai industri," ujar Anton dilansir dari keterangan pers Kapersky Labs di Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Sementara itu, penelitian ini menemukan bahwa privasi tampaknya dianggap sebagai hal fundamenral untuk semua orang: 46% bisnis dan 51% konsumen percaya bahwa penyedia keamanan seharusnya tidak secara otomatis membagi data pribadi pengguna kepada pemerintah demi kepentinfan keamanan nasional, hal itu juga harus dikondisikan sesuai dengan keadaan.
Selain itu, 55% bisnis dan 66% konsumen mengatakan pemerintah mereka harus melakukan bisnis dengan perusahaan yang menawakan produk atau layanan berkualiras tinggi, maupun perusahaan tersebut adalah perusaan asing. Menariknya, nilai ini mengingkar menjadi 82% dan 78$ masing-masing ketika menyangkut hal-hal penting untuk keamanan nasional.
Menanggapi temuan tersebut, Milton Mueller, Profesor Georgia Institure of Technology School of Public Policy, Internet Governance Project, mengatakan survei ini membahas hubungan anatara nasionalisme keamanan nasional dan kepercayaan kepasa penyedia layaan internet. Terdapat temuan mengejutkan mengenai sikap konsumen dan perusahaan terhadap peran pemerintah dalam keamanan siber.
"Sebagai contoh, menarik untuk dilihat ketika banyak konsumen mempercayai bahwa pemerintah mereka harus menggunakan vendor terbaik terkait keamanan nasional terlepas dari mana negara asalanya, di sisi lain ketakutan yang justru hadir adalah kepada pemerintah sendiri dibandingkan pemerintah asing," ungkap Milton Mueller.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: