China adalah salah satu penerima manfaat terbesar dari jatuhnya harga minyak sawit tahun ini karena negara itu berusaha untuk meningkatkan penggunaan komoditas tropis dalam biofuel untuk mengurangi ketergantungan pada energi yang berasal dari minyak bumi.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah mengimpor sejumlah catatan metil ester sawit, sebuah alternatif untuk solar konvensional yang terbuat dari minyak sawit, menurut PRIMA, sebuah perusahaan riset yang berfokus pada hubungan antara pasar biofuel, energi dan pertanian, seperti dikutip dari The Star, Jumat (21/12/2018).
Pembelian tersebut tembus 720.000 ton dalam 10 bulan pertama, dengan Indonesia memasok sekitar 90%, data pabean menunjukkan
Pengiriman kembali dihidupkan pada kuartal kedua untuk pertama kalinya dalam sekitar empat tahun karena harga sawit turun di bawah harga gasoil, atau diesel konvensional.
Diskon terus melebar, mencapai US$220 per ton pada awal Oktober, yang paling laku sejak 2014, meningkatkan daya tarik sawit sebagai bahan bakar.
Hal tersebut menguntungkan Indonesia dan Malaysia, produsen minyak utama, karena kedua negara berjuang untuk mengatasi kelebihan dan harga global pada tingkat terendah dalam lebih dari tiga tahun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: