PT Semen Indonesia (Persero) menginjak usia yang ke 6 pada 7 Januari 2019 ini. Bersamaan dengan ulangtahun yang keenam, didapat kabar, labanya meningkat 43%, atau Rp2,1 triliun sampai triwulan III/2018, jauh mengungguli para pesaingnya yang raihan labanya turun signifikan.
Semen Indonesia mencatat, jika triwulan IV dihitung, bisa jadi akan melompat ke posisi 50-60%, sayang angkanya belum keluar.
"Catatatan yang ada menyebut, laba Indocement sampai triwulan III/2018, turun 56%, dari Rp1,4 triliun menjadi Rp618 miliar. Holcim yang sudah dipangkuan SI itu, rugi Rp630 miliar," ungkap Komisaris Semen Indonesia dilansir dari keterangan rilisnya di Jakarta, Senin (7/1/2019).
Laba yang turun ini, SI melanjutkan, menjadi indikator sedang adalah masalah pada konsumsi semen, tapi saat itulah SI justru meraih laba yang membesarkan hati manajemennya.
SI yang beroriantasi laba itu, menjaga agar pendulum harga tak bergerak liar. Indonesia memang memerlukan stabilisator harga semen dan itu harus dimainkan oleh semen BUMN, jika tidak maka semen China akan terus menghajar pasar dan tak segan-segan bakar uang.
Kepemilikan Holcim oleh SI tuntas dalam sebuah pertemuan yang hangat antara Dirut SI, Hendi Prio Santoso dan Holcim pada 12 November 2018. Sebanyak 6.179.612.820 lembar saham diakusisi. Ini setara 80,6% saham Holcim Indonesia senilai Rp13,57 triliun. Dengan demikian, SI kini menjadi holding bagi, Semen Gresik, Padang, Tonasa, Tuban, dan Thang Long Cement, Vietam, serta terakhir semen Holcim.
Usia 6 Tahun
Pada pukul 10.00 WIB, Senin 7 Januari 2019, jajaran manajemen Tang Long Cement, Vietnam, terpaut sekitar 70 Km dari Hanoi, mendengar pidato tasyakuran dari Direktur Utama Semen Indonesia, Hendi Prio Santoso melalui vikon. Hal serupa terjadi di kantor pusat dan semua anak perusahaan. Pasar membaca, SI hari ini makin baik dan sehat, selain dibuktikan oleh laba bersih, juga oleh peta persaingan yang makin digenggam perseroan ini.
Masih segar dalam ingatan, tahun silam, Indonesia heboh oleh beleid semen impor persis tatkala industri semen dalam negeri menghadapi kelebihan pasokan.
"SI menahan beban berat dengan senggulung batu. Manajemen SI, kemudian mengelola risiko pasar menjadi peluang. Hasilnya postur perusahaan itu membaik dan kian sehat, meski masih jauh dari posisi 2014 tatkala labanya Rp5,6 triliun, memburuk pada 2017 dan kembali membaik 2018 dengan raihan margin diiringi tepuk tangan karyawan perseroan tersebut," ujar Hendi Prio.
Industri semen yang menghasilkan produk amat hulu itu, seringkali dihajar harga bahan bakar, batubara yang liar, menyebabkan biaya produksi menjadi tinggi. Kusut masai itu, kini terlewati, namun tantangan baru muncul.
Pemimpin pasar
Pasar semen Tanah Air, 40% dikusai SI kini menjadi 55%.
Akhir tahun lalu, kepada pers Sekretaris Perusahaan SI, Agung Wiharto, menyebutkan SI tidak akan menurunkan harga dalam melakukan persaingan bisnis semen, tapi memperkuat pemasaran termasuk efisiensi di berbagai bidang.
Efsiensi itulah yang terjadi. Biaya-biaya dipangkas sedemikian rupa.
Bagi Hendi Prio Santoso, semua menjadi mudah.
"Industri semen haruslah low cost tapi, pendapat tinggi dan itu memerlukan keikutsertaan pemerintah menjaga pasar, sebab di industri ini, kue di tangan anak bisa dirampas anak orang lain. Industri apa saja, haruslah berorientasi pasar, sebab uang ada di sana. Kunci semua itu, tak lain yakin akan pasar dan kepercayaan diri," ungkap Hendi Prio.
Pasar 2019
Untuk 2019, diprediksi pasar akan dingin untuk beberapa produk, tapi naik untuk industri lainnya seperti properti, meski pertumbuhannya rendah, sekitar 10%. Pada tahun politik itu, permintaan akan baja misalnya akan tumbuh stabil. Permintaan akan semen, juga tumbuh meski itu akan terjadi setelah lebaran. Sebelum lebaran, biasanya perminta akan turun, jika tak boleh disebut berhenti. Di awal-awal tahun, permintaan amat sepi dan melonjak ketika infrastruktur mulai dikerjakan.
Pada tahun ini, pemerintah kembali akan giat melaksanakan pembangunan infrastruktur. Rencananya akan dibangun 668 Km jalan nasional, guna memudahkan perpindahan orang dan barang. Selain itu, setidaknya 900 Km jalan tol dan 50 bendungan. Semua memerlukan semen. Apalagi membangun kembali lokasi bencana di NTB dan Palu, merupakan proyek kemanusiaan. Di sanalah peran BUMN untuk negeri bisa dilihat.
Untuk proyeksi 2019, masih banyak yang belum disentuh. Jika melihat pada masa 4 tahun Jokowi-JK maka selain tol dan jembatan, juga sudah dibangun 754 Km jalur kereta api dan peningkatan jalur kereta sepanjang 413,6 Km. Selain itu ada 10 bandara, pengembangan 408 bandara dan tentu saja dana desa yang tahun terakhir saja Rp60 triliun itu.
Ini menggambarkan, kerja belum selesai dan setiap kerja memerlukan semen. Inilah tantangan berat industri semen BUMN.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Kumairoh
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: