Kabar gembira datang dari pelaksanaan perluasan mandatori biodiesel 20% (B20) untuk non-Public Service Obligation (PSO) yang berjalan dengan baik dan menunjukkan perkembangan positif. Sepanjang November 2018, penyerapan biodiesel di dalam negeri mencapai 607 ribu ton atau naik 17% dibandingkan Oktober.
Menurut Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Mukti Sardjono, kenaikan penyerapan biodiesel tersebut dikarenakan sudah ada perbaikan logistik dari produsen biodiesel ke depot-depot Pertamina.
"Diharapkan perbaikan logistik ini juga nantinya diikuti oleh perbaikan infrastruktur tangki khusus biodiesel di depot-depot Pertamina. Optimisme penyerapan minyak sawit di dalam negeri sebagai energi hijau terbarukan terus meningkat seiring dengan wacana pemerintah yang akan memanfaatkan pembangkit listrik dengan bahan bakar dari CPO," ujar dia melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa (8/1/2019).
Di sisi produksi, sepanjang November 2018 produksi diprediksi mencapai 4,16 juta ton atau turun sekitar 8% dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 4,51 juta ton. Siklus produksi ini merupakan siklus normal yang sudah mulai melewati musim panen raya.
"Turunnya produksi dan ekspor serta mulai tingginya penyerapan domestik mengikis stok minyak sawit Indonesia menjadi kira-kira 3,89 juta ton," jelas Mukti.
Di sisi harga, sepanjang November 2018 harga bergerak di kisaran US$440–US$ 512,50 per metrik ton, dengan harga rata-rata US$473,6 per metrik ton.
"Respons terhadap harga yang jatuh sudah pada titik nadir ini membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menghapus pungutan ekspor (CPO Fund). Diharapkan dengan penghapusan CPO Fund ini, dapat mendongkrak ekspor dan harga CPO global serta harga TBS petani," tegasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: