Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hambatan Para CEO Kembangkan Bisnis di Era Disrupsi

Hambatan Para CEO Kembangkan Bisnis di Era Disrupsi Kredit Foto: Dina Kusumaningrum
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tahun ini, PwC juga melakukan survei tentang data dan analisis terhadap 1.300 CEO dari seluruh dunia untuk mendapatkan pendangan mereka terikait berbagai tantangan dan peluangnya. Dari survei tersebut ditemukan bahwa para CEO masih menghadapi isu-isu soal kemampuan datanya sendiri, sehingga menimbulkan kesenjangan informasi yang signifikan hingga sepuluh tahun mendatang.

Meskipun investasi senilai miliaran dolar dilakukan dalam infrastruktur teknologi dan informasi selama kurun waktu tersebut, para CEO melaporkan bahwa mereka masih belum menerima data komprehensif yang diperlukan untuk mengambil keputusan-keputusan penting terkait kesuksesan jangka panjang dan kelanggengan usahanya.

Ekspektasi para pemimpin usaha tentunya naik seiring perkembangan teknologi, namun para CEO sangat menyadari bahwa kapabilitas analisis mereka belum bisa menyusul jumlah data yang telah berkembang berlipat kali ganda selama satu dekade terakhir.

Saat ditanya mengapa belum menerima data yang komprehensif, mereka menyebutkan tiga alasan utama: 'kurangnya tenaga analisis' (54%), diikuti 'kondisi data yang terstruktur secara silo' (51%), dan 'keandalan data yang buruk' (50%). Untuk mengurangi kesenjangan keterampilan di organisasinya, para CEO setuju tidak ada solusi yang cepat.

Sebanyak 46% melihat bahwa pelatihan ulang (retraining) dan peningkatan keterampilan (upskilling) secara signifikan sebagai jawabannya, sementara 17% menyebutkan opsi lain untuk membentuk pipeline yang kuat, langsung dari tahap pendidikan.

"Karena perubahan teknologi terus menimbulkan disrupsi pada dunia bisnis, orang-orang dengan keterampilan data dan digital yang kuat semakin banyak dicari dan semakin sulit ditemukan," Global Chairman of PwC, Bob Moritz membagikan pandangannya.

"Setelah menyadari hal itu, kebutuhan akan orang-orang dengan soft skill juga sangat penting, sehingga sektor bisnis, pemerintah, dan lembaga-lembaga pendidikan perlu bekerja bersama-sama untuk memenuhi permintaan tenaga kerja yang terus berkembang," jelasnya.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: