Hebat! Sempat Hampir Gulung Tikar, Perusahaan Ini Malah Berencana Go Public
Palantir, perusahaan perangkat lunak yang bergerak di bidang analisis mahadata dilaporkan berencana untuk go public dengan nilai $41 miliar pada awal tahun ini. Namun, jarang yang tahu bahwa perusahaan ini hampir gulung tikar beberapa kali saat belum lama diluncurkan, 15 tahun lalu.
CEO Palantir, Alex Karp mengatakan bahwa pada saat itu, dia tidak memahami dunia kapitalis ventura Silicon Valley. Dia berpikir strategi terbaik adalah kejujuran, termasuk penilaian objektif tentang apa yang salah, dan apa yang bisa salah, dengan apa yang Palantir coba lakukan. Dia berharap sekarang bahwa dia memiliki promosi penjualan yang lebih percaya diri.
"Anda tidak seharusnya menjelaskan apa yang sedang Anda lakukan, apa yang salah dengan itu," kata Karp dalam informasi yang dilansir dari TechCrunch (25/1/2019).
Ketika Karp mengajukan kepada investor Silicon Valley, mereka menerima izin. Namun, Palantir semakin kehabisan uang. Jadi, alih-alih menghabiskan sumber daya mereka untuk menciptakan produk, Palantir mengubah persneling dan mencoba untuk berputar ke dalam bisnis keamanan data.
Namun, investor juga tidak setuju dengan hal itu, mereka pikir Palantir mengambil jalan memutar karena karyawan tidak yakin terhadap produk sendiri. Parahnya lagi, saat itu dirinya tidak bisa pergi ke investor di luar Silicon Valley, karena para investor itu hanya akan semakin curiga mengapa investor di dekatnya tidak memberikan dana.
Jadi, Palantir ambil keputusan untuk menginvestasikan waktu dan jumlah uang tunai yang terbatas ke dalam produk komersial yang disebut Metropolis. Hasilnya? Mereka gagal lagi. Tim menarik sumbat pada Metropolis, dan tidak sampai bertahun-tahun kemudian ketika Palantir mampu menciptakan produk yang menghasilkan keuntungan.
Sejak itu, Palantir telah bekerja dengan badan-badan pemerintah di seluruh dunia dan bahkan berperan dalam menyelidiki serangan teroris . Sekarang Karp telah menemukan kesuksesan di Palantir, ia mencerminkan bahwa memiliki uang berarti ia tidak perlu membuat pilihan yang sulit.
“Elemen utama kebebasan adalah ketika saya adalah seorang siswa miskin di Jerman, saya harus memutuskan apa yang akan saya makan siang hari ini dan sekarang saya tidak perlu memikirkan hal itu,” kata Karp.
Memang selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Karp mengaku, deretan masalah itu memberikan kreativitas yang lebih untuk dirinya. Sebab saat itu dirinya dituntut untuk memenuhi harapan investor dengan berbagai inovasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: