Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Timses Prabowo Seperti Cacing Kepanasan, Selebaran 'Say No!! Jokowi-Ma'ruf Lebih Dahsyat

Timses Prabowo Seperti Cacing Kepanasan, Selebaran 'Say No!! Jokowi-Ma'ruf Lebih Dahsyat Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Setelah tabloid 'Indonesia Barokah', kini beredar selebaran ajakan tidak memilih Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.

Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, Ace Hasan Syadzily, mengecam keras munculnya selebaran tersebut.

"Kalau saat ini timses Paslon 02 seperti cacing kepanasan merespon beredarnya Tabloid Indonesia Barokah sesungguhnya beredar selebaran yg punya daya rusak lebih dahsyat. Kalau timses paslon 02 bicara soal propaganda kampanye hitam. Selebaran itu jelas kampanye hitam," ujarnya di Jakarta, Jumat (25/1/2019).

Foto selebaran tersebut beredar melalui jejaring messenger. Di selebaran hitam putih itu terdapat tulisan 'Say No!! Jokowi-Ma'ruf Amin' dengan gambar wajar pasangan nomor urut 01.

Ace lalu membandingkan selebaran tersebut dengan tabloid 'Indonesia Barokah' yang disebut Bawaslu tak mengandung unsur kampanye.

"Padahal dalam Tabloid Indonesia Barokah itu jelas-jelas tidak ada unsur kampanye seperti yang disampaikan Bawaslu. Kontennya pun tidak ada unsur hoax, fitnah dan kebencian," katanya.

"Selebaran itu diedarkan. Bahkan saat jumatan tadi, saya mendapatkan laporan, selebaran itu diedarkan secara sistematis. Saya dapat laporan selebaran ini beredar di Magelang dan Tasik. Ini mengindikasikan mesin penyebar hoax dan fitnah memang dipakai untuk menjatuhkan Pak Jokowi dan Abah Kiai Ma'ruf," lanjutnya.

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh para produsen hoax adalah tindakan pengecut. "Melempar batu sembunyi tangan. Lidahnya tajam mengecam hoax tapi kenyataannya membiarkan atau bahkan mengedarkan hoax yang menghantam Pak Jokowi," tegasnya.

Karena itu ia menilai, selebaran tersebut sesungguhnya strategi hitam Macheavelli yang menghalalkan segala cara mencapai tujuan.

"Cara ini sudah jadi keseharian sejak 2014. Hoax telah menjadi ideologi mereka. Sehingga mereka sendiri ibarat maling teriak maling. Penyebar hoax takut pada hoax," imbuhnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: