Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Damai Dagang Belum Liris, Dolar AS Laris Manis

Damai Dagang Belum Liris, Dolar AS Laris Manis Kredit Foto: Unsplash/Rawpixel
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jelang pertemuan negosiasi damai dagang antara AS dan China yang akan dilaksanakan esok hari, Rabu (30/01/2019), investor global sudah menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap dolar AS sebagai mata uang safe haven. Alhasil, sejak pembukaan pagi tadi, dolar AS sudah laris manis diperdagangkan di pasar spot hingga mendapat apresiasi sebesar 0,18% ke level Rp14.090. 

Hari ini, bisa jadi menjadi hari balas dendam dolar AS setelah kemarin dolar dibuat tak berdaya di hadapan mata uang dunia dan Asia. Hingga pukul 10.00 WIB, dolar AS masih mmebuat rupiah terdepreasiasi 0,16% ke level Rp14.093 per dolar AS.

Tak hanya rupiah, dolar AS juga kini balik menaklukkan mata uang Asia lainnya, Hanya yuan China dan yen Jepanglah yang mampu melemahkan dolar AS masing-masing sebesar 0,06% dan 0,11%. Sementara mata uang Asia lainnya tak berdaya. 

Dolar Hongkong takluk 0,00%, won Korea takluk 0,13% , dolar Singapura takluk 0,03%, baht Thailand takluk 0,13%, dan dolar Taiwan takluk 0,10% di hadapan dolar AS. 

Dolar Australia, poundsterling Inggris, dan dolar Kanada juga terpantau melemah di hadapan AS masing-masing sebesar 0,06%, 0,08%, dan 0,06%. Sementara itu, euro dan dolar New Zealand berhasil balik melemahkan dolar AS sebesar 0,02% dan 0,03%. 

Asal tahu saja, investor global kini tengah harap-harap cemas menanti hasil perundingan dagang AS dan China. Meskipun dibayangi ketidakpastian akan damai dagang tersebut, investor kini beramai-ramai melirik dolar AS. Terlebih lagi, pada hari ini dan esok (29 dan 30 Januari 2019), The Fed akan melaksanakan Federal Open Market Committe yang disinyalir akan membahas pemertahanan suku bunga stabil di tahun 2019 ini. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: