Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengatakan pemerintah telah menggelontorkan dana desa hingga akhir 2018 total sebanyak Rp187 triliun, semua nyata dan berujud pembangunan infrastruktur di pedesaan.
"Dana desa yang digelontorkan ke pedesaan semua menjadi barang berupa infrastruktur, coba ditanyakan desa hingga akhir 2018 sudah sebanyak Rp187 triliun, dan tahun ini, totalnya menjadi Rp257 triliun," kata Jokowi, di sela acara Deklarasi relawan Sedulur Kayu dan Mebel Jokowi, di Gedung De Tjolomadoe Karanganyar, Minggu (3/2/2019).
Bahkan, kata Jokowi, dengan program dana desa tingkat kepuasan masyarakat desa sekitar 85 persen lebih. Masyarakat desa merasa puas dari sebanyak 74 ribu desa di Tanah Air.
Selain itu, jumlah dana desa dari tahun ke tahun juga meningkat. Hal ini, mulai 2015 sebanyak Rp20 triliun, kemudian 2016 sebanyak Rp47 triliun, pada 2017 sebanyak Rp60 triliun, 2018 Rp60 triliun, dan tahun ini, Rp70 triliun, sehinggal totalnya Rp257 triliun.
Kendati demikian, Jokowi berpesan kepada perangkat desa dan masyarakat agar penggunaan dana itu, untuk dimanfaatkan kepentingan masing-masing desanya. Pembangunann infrastruktur itu, mulai dari jalan desa, jembatan, embung yang sangat dibutuhkan, air bersih, dan pasar di pedesaan.
"Program dana desa ini, sudah melakukan pembangunan sebanyak 6.900 unit pasar desa dari daerah ini. Jalan dibangun hampir 91 ribu kilometer di desa-desa, 24 ribu Posyando, 50 ribu PAUD, dan irigasi pertanian," kata Jokowi didepan para juragan mebel tersebut.
"Infrastruktur jangan berfikir hanya dilakukan di Pulau Jawa saja, tetapi juga di luar pulau yang sangat membutuhkan ini namanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata mantan Wali Kota Surakarta itu.
Proyek yang lebih besar lagi, kata Jokowi, jalan tol Trans Jawa atau Jakarta-Surabaya, dan segera dilanjutkan hingga ke Banyuwangi, bandara, pelabuhan, pembangkit listrik, dan waduk. Menurut Jokowi, dengan adanya jalan tol sangat mambantu pengembangan ekonomi karena hal itu, dapat mempercepat mobilitas barang dan orang. Namun, masyarakat jika tidak mau menggunakan jalan tol bisa menggunakan jalan utama yang lama.
"Jalan tol di Papua, yang dahulu harga BBM mencapai Rp60 ribu per liter di Wamena, tetapi kini sudah sama dengan harga di Jawa. Dengan adanya jalan tol di Papua, maka pertumbuhan ekonomi akan terus berkembang," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: