Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyatakan bahwa Indonesia sudah bisa dinyatakan swasembada beras. Pasalnya dalam beberapa tahun terakhir ini, produksi komoditas strategis ini meningkat.
Pernyataan Winarno tersebut didasarkannya pada ketentuan dari Food and Agricultural Organization of the United Nations (FAO).
"Hal ini mengacu pada FAO yang menyebutkan suatu negara dikatakan swasembada jika produksinya minimal mencapai 90% dari kebutuhan nasionalnya," terang dia dalam siaran pers, Kamis (7/2/2019).
Dia mengungkapkan sejak 2016 sampai 2018, produksi beras surplus. Faktanya, pada 2016 dan 2017 sama sekali tidak ada impor. Sementara beras yang masuk pada tahun itu merupakan sisa impor di 2015.
Baca Juga: "Ini Prestasi Petani, Setop Ributkan Data Impor Pangan"
Baca Juga: Bolak-balik Mentan Janjikan Indonesia Swasembada Pangan, Kok Masih Impor?
Untuk menguatkan ucapannya itu, Winarno menambahkan, "Pada 2018, Indonesia bahkan mengalami surplus. Berdasarkan data BPS, surplus beras 2018 sebesar 2,85 juta ton dan impor 2018 merupakan cadangan nasional, bukan sebagai stok utama."
Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBP Padi) Priatna Sasmita pernah menyampaikan, Indonesia juga telah berhasil mengembangkan beras tipe japonika, yaitu beras khas asal daerah subtropis, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan yang biasa digunakan untuk makanan sushi.
Beras tipe japonika ini dikenal di Indonesia dengan varietas yang dinamai Tarabas, yang tidak hanya menggantikan beras impor asal Jepang untuk restoran Jepang dan Korea Selatan di Indonesia, tapi juga mulai diekspor untuk mengisi pasar luar negeri.
"Sepanjang 2018, kita sudah mengekspor beras Tarabas sebanyak 3.100 ton. Tahun ini kita mentargetkan kenaikan 40%," terang Priatna.
BBP Padi selama ini menjadi andalan Kementan sebagai lembaga riset di bidang pengembangan varietas padi. Menurut Priatna, BB Padi hadir untuk menjawab berbagai tantangan dan permasalahan khususnya dalam perakitan varietas dan budi daya padi. BB Padi juga telah diakui oleh lembaga International Rice Research Institute (IRRI).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: