Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sejak 2014, Orang Ini yang Jadi Korban Hoaks Politik

Sejak 2014, Orang Ini yang Jadi Korban Hoaks Politik Presiden Joko Widodo menunggu kedatangan para kepala negara/pemerintahan, sekjen ASEAN, direktur pelaksana IMF, presiden Grup Bank Dunia dan sekjen PBB dalam sesi ASEAN Leaders Gathering di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Kamis (11/10). ASEAN Leaders Gathering digelar di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group Tahun 2018. | Kredit Foto: Antara/Afriadi Hikmal
Warta Ekonomi, Jakarta -

Lembaga survei Politicawave menyebutkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi korban hoaks politik mulai Pilpres 2014 hingga Pilpres 2019. Kesimpulan Politicawave itu didasari atas pemantauan di media sosial (medsos).

"Pada Pilpres 2014 pasangan Jokowi-JK mendapat serangan hoaks tujuh kali lebih besar daripada pasangan Prabowo-Hatta," kata Founder Politicawave, Yose Rizal, saat memaparkan hasil survei soal "Capres Pilihan Netizen", di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (7/2/2019).

Selama proses pilpres, Politicawave memantau 10 isu hoaks dengan jumlah percakapan terbesar, yaitu isu Ratna Sarumpaet, Utang Pemerintah, Kontainer Surat Suara, e-Toll dari utang Cina, e-KTP Palsu dari Cina, Jokowi dituduh PKI, Konsultan Asing, Ijazah SMA Jokowi palsu, 10 juta TKA Cina, dan Ma'ruf Amin diganti Ahok.

Baca Juga: DKPP Harap Tak Ada Lagi Hoax Surat Suara

Baca Juga: Untuk Ratna Sarumpaet, Jokowi Acungkan Jempol

"Terlihat bahwa 10 isu hoaks terbesar ditujukan untuk menyerang Jokowi. Sejak Pilpres 2014 sampai 2019 terlihat bahwa Jokowi adalah korban hoaks politik," kata Yose.

Berita hoaks soal Jokowi orang PKI sudah sejak lama gencar di media sosial dan menjelang Pilpres 2019 baru disanggah oleh Jokowi. "Seharusnya bantahan dilakukan secepatnya sebelum berita hoaks menyebar ke publik. Akibatnya, sekarang sulit diatasi," ujar Yose.

Menurut dia, pencegahan hoaks merupakan tugas bersama seluruh komponen rakyat Indonesia. Rakyat tidak boleh tertipu oleh isu hoaks dalam mengambil keputusan memilih pemimpinnya.

"Isu hoaks juga sangat berbahaya dan dapat memecah belah persatuan bangsa. Isu hoaks juga dapat mengganggu fokus pemerintahan terpilih dalam melaksanakan tugasnya," jkata Yose pula.

Dalam penelitian tersebut, Politicawave memperoleh sebanyak 1.899.881 total percakapan terkait kedua kandidat yang dilakukan oleh 267.059 akun selama periode penelitian 28 Januari hingga 4 Februari 2019. PoliticaWave melakukan pengumpulan data secara realtime dari berbagai media sosial yang ada di Indonesia, termasuk Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, forum daring, dan portal berita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: