Berpotensi Lahirkan Unicorn, Startup Bidang Ini Bisa Raup Rp100 Triliun
Kesehatan teknologi menjadi salah satu sektor yang berpotensi menghasilkan unicorn di tahun ini, begitulah yang diutarakan Menkominfo Rudiantara beberapa waktu lalu kepada Warta Ekonomi. Bahkan, menurut data Asosiasi Healthtech Indonesia (Healthtech.id), pada 2025 Indonesia akan menghabiskan lebih dari US$363 miliar pada 2025 mendatang.
Bila berhasil mendapatkan 5% dari angka itu, setidaknya ada lebih dari Rp100 triliun dana yang bisa didapatkan oleh sektor kesehatan teknologi. Hal itu dikatakan oleh Ketua Healthtech.id Bimantoro, Senin (12/2/2019).
"Yang jelas, kalau dari APBN, 5%-nya saja sudah lebih dari Rp100 triliun ya," ujar Bimantoro kepada Warta Ekonomi.
Baca Juga: Asosiasi Health Tech Butuh Standardisasi Data Kesehatan
Baca Juga: 2019, Apa Fokus Utama Startup Kesehatan Teknologi?
Di luar pendanaan dan potensi menghasilkan unicorn, pria itu juga berharap keberadaan startup healthtech mampu menjangkau masyarakat yang belum terjangkau layanan kesehatan. Ia tak ingin healthtech muncul karena tren saja.
Bimantoro berujar, "Saya setuju dengan kebermanfaatan dari keberadaan startup healtech ini. Jangan sampai kita ada cuma karena lagi ramai saja, tetapi benar-benar punya benefit ke masyarakat."
Layanan kesehatan berbasis teknologi telah disinggung beberapa kali dalam sejumlah dasar hukum. Misal, telemedicine yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan, serta Inpres Nomor 9 Tahun 2017 tentang Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
"Namun, belum ada aturan jelasnya, bagaimana bentuknya," tambah Bimantoro.
Adapun contoh layanan yang disediakan oleh para startup kesehatan teknologi, antara lain layanan kesehatan on-demand. Ada sesi tanya jawab dengan dokter yang datang ke rumah, vaksinasi, dan pemeriksaan oleh dokter dan perawat.
Laki-laki itu menambahkan, "Kalau vaksin kan tidak bisa secara online, jadi dokter dan perawatnya yang datang ke rumah. Kalau ke rumah sakit, prosesnya cenderung lama karena harus antre. Ada juga pasti startup yang membuat dalam bentuk yang berbeda."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: