Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Properti Sulit Melaju Kencang, Ini Penyebabnya

Bisnis Properti Sulit Melaju Kencang, Ini Penyebabnya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan bisnis properti relatif stagnan sepanjang 2018 . Kondisi itu disebabkan oleh beberapa faktor. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengungkapkan sebanyak 18,84%  konsumen menyatakan bahwa suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) saat ini dianggap masih cukup tinggi.

Selain itu faktor lainnya yang menjadi penghambat pertumbuhan properti antara lain adanya uang muka pembelian rumah (17% responden), pajak (15,16% responden), kenaikan bahan bangunan (14,72% responden), dan kesulitan dalam pengurusan perijinan (14,47% responden).

Sementara itu BI memperkirakan kenaikan harga properti residensial pada kuartal I/2019 akan meningkat. Hal ini terindikasi dari kenaikan indeks harga properti residensial (IHPR) kuartal I/2019 yang sebesar 0,42% dibandingkan kuartal yang sama periode sebelumnya (quarter to quarter/ qtq), lebih tinggi dibanding kan 0,35% (qtq) pada kuartal sebelumnya, terutama disebabkan oleh kenaikan harga bangunan dan upah tenaga kerja.

Baca Juga: Pasar Properti Belum Menggeliat di Awal Tahun 2019

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, mengatakan, peningkatan kenaikan harga rumah diperkirakan terjadi pada rumah tipe kecil dari 0,39% (qtq) menjadi 0,59% (qtq) dan pada rumah tipe menengah dari 0,28% (qtq) menjadi 0,38% (qtq).

“Sementara untuk rumah tipe besar, kenaikan harga melambat dari 0,39% (qtq) menjadi 0,29% (qtq),” kata Agusman. Adapun secara tahunan, kenaikan harga properti residensial pada kuartal I/2019 diperkirakan melambat dari 2,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy) pada kuartal sebelumnya menjadi 1,96% (yoy).

Berdasarkan tipe bangunan, melambatnya kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah. Kenaikan harga rumah tipe kecil diperkirakan melambat dari 4,80% (yoy) menjadi 3,05% (yoy), rumah tipe menengah dari 2,54% (yoy) menjadi 1,61% (yoy), dan rumah tipe besar dari 1,60% (yoy) menjadi 1,24% (yoy).

Berdasarkan wilayah, kenaikan harga rumah tertinggi diperkirakan terjadi di Kota Bandar Lampung, sedangkan penurunan harga terdalam terjadi di Kota Balikpapan.

Baca Juga: Infrastruktur Rampung, Pengusaha Properti Optimis Jalani 2019

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: