Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Nalu Bowls, Harta Lokal Bali yang Kini Merintis Ranah Internasional

Nalu Bowls, Harta Lokal Bali yang Kini Merintis Ranah Internasional Kredit Foto: Nalu Bowls
Warta Ekonomi, Jakarta -

Berbagai inovasi dan kreativitas dalam melihat peluang menjadi kunci utama bagi bisnis yang ingin bertahan di Bali, termasuk industri kuliner yang berlomba-lomba menjadi pilihan gaya hidup seperti smoothie bowls.

Smoothie bowls merupakan hidangan kaya serat dan nutrisi, yang terbuat dari buah-buahan yang diblender, ditaburi kacang, buah, dan topping lain. Isinya dominan asam dan manis yang dihidangkan secara dingin untuk orang yang ingin menikmati sajian menyegarkan. 

Kisah menarik datang dari salah satu bisnis yang menjadi pelopor gerai smoothie bowls di Bali, Jakarta, dan luar negeri, yaitu Nalu Bowls. Kata Nalu dari Nalu Bowls memiliki makna ombak dalam bahasa Hawaii, didirikan oleh I Made Budiarta pada pertengahan 2016 di Bali. Nalu Bowls pertama kali dibuat untuk orang-orang yang berselancar di Bali, sehingga dapat dikonsumsi sebelum dan sesudah surfing karena mengandung bahan-bahan alami yang sehat. 

Namun seiring waktu, bisnis Nalu Bowls berkembang dengan peminat yang lebih luas. Mengenai menu, Nalu Bowls hanya menyediakan enam jenis smoothie bowls yang 80% bahannya dibuat dari lokal. Tak hanya itu, granola yang digunakan pada semua menu Nalu Bowls merupakan olahan dapur sendiri yang memiliki kualitas tinggi. Di Bali, lokasi Nalu Bowls tersebar di Seminyak, Uluwatu, Canggu, dan Ubud hingga akhirnya membuka cabang di Jakarta dan mulai merintis ranah internasional di 2018 dengan membuka outlet di Ibiza dan Portugal.

Baca Juga: Ternyata Dia Artis Pertama yang Terjun ke Dunia Startup, Simak Deh Kisahnya

Baca Juga: Mantap, Ini Daftar 10 Wirausaha Terbaik di Amerika

General Manager & Business Development Nalu Bowls International, Bruno bercerita bahwa saat Nalu Bowls memulai bisnisnya, belum ada ekspektasi akan tingginya pesanan yang masuk. Saking tingginya permintaan, bahan yang tersedia kadang tidak sesuai dengan porsi orang yang datang, sehingga mereka harus mengolah bahannya langsung di tempat sampai dengan 3-4 kali sehari.

"Salah satu bahan utama yang menjadi andalan kami adalah granola, kami sempat kesulitan di awal buka karena belum tahu permintaan pelanggan saat itu. Perhitungan masih manual dan ternyata belum sesuai dengan order yang didapat," cerita Bruno, Kamis (28/2/2019).

Melayani lebih dari 300 orang dalam satu hari per outlet-nya, Bruno menjadi orang pertama yang bertanggung jawab untuk memastikan bisnis berjalan dengan efisien. Untuk itu, ia memerlukan bantuan teknologi yang dapat membantunya keluar dari cara-cara manual dengan teknologi kasir digital (point of sales).

"Fokus saya saat itu hanya satu, bagaimana caranya bisa menciptakan kondisi yang cost effective tanpa menurunkan kualitas yang ditawarkan pada pelanggan. Dengan sistem kasir digital untuk manajemen operasional, kami menggunakan Moka di seluruh outlet kami di Bali saat ini. Bedanya dengan sistem konvensional, sistem ini memungkinkan kami untuk cek penjualan secara real-time, mengatur keperluan bahan baku dari mana pun dan kapan pun, jadi tidak perlu dipantengin terus di outlet," ujar Bruno.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: