Standard Chartered Bank terus berupaya untuk menunjukkan komitmen Bank dalam mendukung Inisiatif Belt and Road (Inisiatif Satu Sabuk dan Satu Jalan/OBOR) yang diluncurkan pemerintah Cina pada Oktober 2013 serta mewujudkan dampak positif dari inisiatif tersebut kepada dunia usaha dan masyarakat global.
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, mengemukakan jika inisiatif Belt and Road sangat penting bagi Standard Chartered Bank. Di 2017, Bank berkomitmen untuk memberikan pembiayaan tambahan paling tidak sebesar US$20 miliar hingga 2020 untuk proyek-proyek Belt and Road.
“Bank juga telah terlibat dalam lebih dari 50 proyek Belt and Road bernilai lebih dari US$10 miliar di berbagai produk dan layanan,” ungkapnya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin (11/3/2019).
Sebagai bank yang telah lebih dari 155 tahun ada di Indonesia, lanjut Rino, pihaknya senantiasa memainkan peranan aktif dalam mendukung program-program pembangunan nasional, salah satunya dengan menarik investasi asing untuk masuk ke Indonesia dengan memanfaatkan jaringan internasional yang dimiliki Standard Chartered di lebih 60 negara di dunia, termasuk dari Cina.
“Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi Cina ke Indonesia di 2018 mencapai US$2,4 miliar dan menduduki peringkat ketiga setelah Singapura dan Jepang. Kami memperkirakan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan inisiatif pemerintah untuk memberikan berbagai insentif bagi investor asing,” jelasnya.
Baca Juga: Standard Chartered Cetak Laba Bersih Rp536 Miliar di 2018
Dalam kesempatan yang sama Group Chief Executive Standard Chartered, Bill Winters, menuturukan bila inisiatif Belt and Road merupakan sebuah agenda berskala sangat besar yang ada saat ini dan sebuah kebanggaan bahwa Standard Chartered Bank memiliki cabang di dua pertiga dari seluruh negara Belt and Road.
“Kegiatan Belt and Road Relay ini memperkuat komitmen kami sebagai Satu Bank dalam mendukung inisiatif OBOR,” katanya.
Standard Chartered pun menggelar Belt and Road Relay, sebuah kegiatan lari pertama di dunia yang diadakan di negara-negara yang dilalui oleh jalur Belt and Road. Kegiatan Belt and Road Relay ini telah dimulai di Hongkong pada 17 Februari 2019 berbarengan dengan acara Standard Chartered Hong Kong Marathon yang merupakan salah satu acara olahraga yang melibatkan lebih dari 74.000 pelari, dan akan berakhir di Cina pada 11 Mei 2019 setelah acara Belt and Road Forum.
Terdapat delapan karyawan Bank dengan latar belakang yang berbeda dari kelompok negara Bank beroperasi seperti dari Asia, Afrika, Timur Tengah, Eropa dan Amerika akan berlari di 44 negara yang dilewati oleh jalur Belt and Road selama kurun waktu 90 hari.
Kedelapan pelari yang merupakan karyawan Bank tersebut adalah Jack Missin (Inggris), Lynsey McGarry (Amerika Serikat), Danny Chang (Malaysia), Therese Neo (Singapura), Henry Xiao Qi Li (Cina), Serena Leung (Hongkong), Herman Kambugu (Uganda), dan Dina Tarek Elessawy (Dubai). Di Indonesia, mereka akan berlari pada 10 Maret 2019 menempuh jarak 10 kilometer. Sekitar 200 karyawan Standard Chartered Bank Indonesia juga akan ikut berpartisipasi dalam acara ini dengan berlari dengan tiga jarak berbeda, yaitu 2,5 kilometer, 5 kilometer, dan 10 kilometer.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: