Jika membahas tentang perkembangan teknologi memang tak ada habisnya. Semakin hari kian menjadi-jadi. Kemajuan pesat Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Deep Learning, dan big data analytics melahirkan aplikasi chatbot. Apa itu chatbot?
Mengutip dari Medium.com (12/3/2019), menurut Kamus Oxford, chatbot adalah program komputer yang dirancang untuk mensimulasikan percakapan dengan pengguna manusia, terutama melalui internet.
Jelasnya, chatbot merupakan asisten yang berkomunikasi dengan orang melalui pesan teks, pendamping virtual yang terintegrasi ke dalam situs web, aplikasi atau pesan instan dan membantu pengusaha untuk lebih dekat dengan pelanggan. Bot semacam itu adalah sistem komunikasi otomatis dengan pengguna.
Rupanya, chatbot telah lama ada. Chatbot mulai dikembangkan sekitar dekade 1960-an. Di awal kemunculannya, chatbot benar-benar terkesan seperti robot, kaku. Namun, berkat kehadiran AI, chatbot memiliki kemampuan dengan rasa percakapan yang lebih natural.
Baca Juga: Seberapa Perlu Perusahaan Anda Memakai Chatbot?
Shep Hyken, seorang pakar konsultan customer service dalam ulasan di Forbes mengatakan bahwa kecerdasan buatan sukses mengubah dunia bisnis secara drastis. Keberadaan chatbot yang dibekali teknologi AI sukses menjadi “saluran layanan pelanggan yang layak.”
Menginjak tahun 1966, Massachusetts Institute of Technology merilis sebuah chatbot pertama yang diberi nama ELIZA. ELIZA dirancang sebagai chatbot yang memiliki tabiat sebagai seorang psikoterapis yang mampu bercakap dengan lawan bicara manusia. Setelah era ELIZA muncul dan sukses, kini bertebaran chatbot-chatbot lain, seperti MegaHAL, CONVERSE, ELIZABETH, dan ALICE.
Peran chatbot dalam dunia bisnis begitu menguntungkan. Pasalnya, chatbot bisa menyingkirkan tugas rutin dan pemrosesan simultan dari beberapa permintaan pengguna. Selain itu, respon dari chatbot begitu cepat luar biasa sehingga ia mampu mendapatkan loyalitas pelanggan.
Baca Juga: 7 Perusahaan Ini Kembangkan Chatbot di Indonesia
Perusahaan di Indonesia mengharapkan keuntungan yang serupa, sehingga banyak dari mereka yang sudah mengadopsi chatbot. Apa saja ya?
Telkomsel
Chatbot milik Telkomsel diberi nama Veronika. Kata.ai merupakan developer pengembangnya pada Agustus 2017. Lewat Veronika, Telkomsel mampu melayani pelanggan melalui chat di Facebook Mesengger, LINE, dan Telegram.
XL Axiata
Selanjutnya, XL Axiata juga telah mengadopsi chatbot untuk menguntungkan perusahaannya. Chatbot miliknya diberi nama Maya. Dengan Maya, XL Axiata mampu melayani konsumen lebih cepat dan mudah. Untuk mengembangkan Maya, XL Axiata menggandeng startup chatbot asal Yogyakarta bernama Botika.
BCA
Tak mau ketinggalan, Bank Central Asia (BCA) juga meluncurkan chatbot miliknya yang bernama Virtua Assitant Chat Banking BCA (Vira) pada Juni 2017. Vira merupakan hasil inovasi Fariz Tadjoedin, juara pertama kompetisi Financial Hackathon (Finhacks) yang diselenggarakan oleh BCA pada 2016.
BRI
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga memiliki chatbot yang bernama Smart BRI New Assistant (Sabrina). Sama dengan Telkomsel, BRI juga turut menggandeng Kata.ai.
Bank Mandiri
Selanjutnya masih dari sektor perbankan, Bank Mandiri memiliki Mita sebagai chatbot yang mereka andalkan, kepanjangannya adalah Mandiri Intelligence Assistant. Untuk mengembangkan layanan ini Bank Mandiri menggandeng startup binaannya, yakni InMotion.
Baca Juga: Berikan Manfaat Nyata, 10 Chatbot Ini Patut Dicoba
Unilever Indonesia
Di sektor retail, PT Unilever Indonesia Tbk meluncurkan chatbot besutan Kata.ai sejak November 2016, Jemma. Dikembangkan sebagai media promosi, saat ini Jemma sudah berteman dengan 1,7 pengguna LINE dengan sesi obrolan rata-rata empat menit per orang per hari
Alfamart
Terakhir, ada PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) yang turut mengadopsi chatbot. Shalma atau Sahabat Alfamart juga dikembangkan oleh Kata.ai. Dengan adanya Shalma, konsumen bisa bertanya mengenai promo terbaru di Alfamart.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar