Grab Holdings Inc, induk dari seluruh platform transportasi daring Grab, termasuk di Indonesia, meluncurkan teknologi terbaru untuk mendeteksi dan mencegah tindak kecurangan yang diberi nama Grab Defence. Dengan fitur tersebut para mitra Grab dapat memanfaatkan kemampuan data Grab untuk mengurangi kecurangan.
Berdasarkan riset dari pihak ketiga, bisnis e-commerce di Asia Tenggara rata-rata kehilangan sekitar 1,6% dari pendapatan mereka akibat kecurangan. Transaksi palsu yang dilakukan para pelaku kejahatan terjadi di berbagai platform, baik e-commerce, ride-hailing atau pemesanan perjalanan, yang tentu akan berpengaruh negatif pada ekonomi digital karena akan menghancurkan kepercayaan antara para pengguna, penyedia layanan, dan platform.
Selama beberapa tahun belakangan ini, Grab telah berinvestasi besar untuk pengembangan sistem yang lebih kuat berkat dukungan mesin pembelajaran serta kecerdasan buatan untuk mengidentifikasi dan mencegah kecurangan pada platform Grab. Hasilnya, penelitian independen oleh Spire Research and Consulting menemukan bahwa tingkat penipuan pada layanan pemesanan transportasi Grab hanya sebesar 1/6 dibanding pesaing utamanya.
Wui Ngiap Foo, Head of User Trust at Grab, melalui siaran pers yang diterima Warta Ekonomi, Kamis (14/3/2019), mengatakan, setiap hari mesin pembelajaran menganalisis jutaan data secara real-time untuk mendeteksi pola kecurangan, baik yang telah ada maupun yang baru.
"Kecurangan akan terus berevolusi, oleh karena itu perusahaan membangun algoritma yang juga dapat berevolusi dan mempelajari polanya sehingga kami bisa selangkah lebih maju dari pelaku kejahatan. Kecurangan tidak hanya terjadi di industri ride-hailing, tapi sudah menjadi masalah besar bagi pemain ekonomi digital secara keseluruhan," kata dia.
Baca Juga: Hadapi Go-Jek di Singapura, Grab: Tidak Ada Strategi Khusus
Layanan Grab Defence terdiri dari tiga fitur utama dan masing-masing fitur berfungsi secara terpisah, yakni:
1. Event Risk Management Suite
Fitur ini berupa paket komprehensif yang membantu pelaku bisnis untuk menilai risiko dari suatu peristiwa atau transaksi. Serangkaian application programming interface (API) dalam fitur ini untuk mengevaluasi risiko yang didukung oleh mesin pembelajaran yang dapat digunakan kalangan pebisnis untuk memprediksi risiko secara real-time, menetapkan sejumlah tolok ukur kecurangan (rules engine) sesuai dengan model bisnis dan kebutuhan. Ada juga perangkat investigasi dan analisis perilaku untuk menyelidiki perilaku-perilaku mencurigakan sekaligus meningkatkan kebijakan dan aturan.
2. Entity Intelligence Services
Layanan ini menggunakan database Grab serta keahlian dalam mengidentifikasi berbagai jenis entitas pelaku kejahatan, seperti nomor telepon, alamat e-mail, dan lain-lain, untuk memprediksi potensi risiko pada semua pengguna yang berinteraksi dengan platform tersebut. Sebagai contoh, pelaku bisnis dapat menggunakan layanan ini untuk mendapat informasi nilai risiko dari pengguna baru. Jika angka prediksi risikonya rendah, mereka bisa memilih untuk mengizinkan pengguna masuk ke aplikasi tanpa harus melalui sejumlah langkah tambahan atau menawarkan promo tertentu.
3. Device & Network Intelligence Services
Layanan ini bisa mendeteksi pelaku kejahatan dengan menggunakan data dari perangkat pengguna. Manfaat lainnya adalah layanan ini bisa membantu pelaku bisnis menjaga diri mereka dari pembuatan akun palsu akibat perangkat yang berpindah tangan, bahkan bisa mendeteksi jika aplikasi mereka telah terdampak serangan siber.
Rangkaian perangkat Grab Defence akan menjadi bagian dari strategi GrabPlatform, sebuah platform terbuka milik Grab dan serangkaian API untuk membantu mitra mengintegrasikan layanan mereka dengan Grab. Rangkaian perangkat Grab Defence akan tersedia untuk mitra strategis terpilih di Indonesia pada kuartal kedua dan akan diluncurkan ke seluruh mitra pada akhir tahun ini.
Ridzki Kramadibrata, Presiden Grab Indonesia, mengatakan, di Indonesia telah terlihat sindikat kejahatan mendapatkan keuntungan secara ilegal dengan menggunakan aplikasi GPS palsu. Ada juga aplikasi yang telah dimodifikasi serta metode lainnya untuk mencuri insentif hasil kerja keras mitra pengemudi dan menciptakan pengalaman buruk bagi pengguna platform Grab.
Baca Juga: Jadi Decacorn, Grab Manfaatkan Investasi untuk Hal-hal Ini
Untuk memerangi pesanan fiktif, lanjut Ridzki, Grab Indonesia telah meluncurkan kampanye Grab Lawan Opik tahun lalu dan mencanangkan Grab FairPlay yang mendorong mitra pengemudi untuk melaporkan kecurangan yang terjadi dalam ekosistem Grab. Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk menangkap puluhan orang yang terbukti melakukan kecurangan di platform Grab.
"Kami bangga dengan apa yang telah dan berbagai upaya yang tengah kami lakukan untuk mengurangi tingkat kecurangan di platform kami,"Â ungkap Ridzki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti