Tenun merupakan mahakarya wastra tertua sebelum batik dikenal, dan lurik adalah kreasi tenun dengan motif khas garis-garis yang berkembang dari tanah Jawa, khususnya Jawa Tengah (Yogyakarta dan Solo). Fungsi tenun lurik berkembang dari masa ke masa, dari mulai dikenakan secara klasik hingga kini digunakan sebagai bahan fesyen modern dan dicintai generasi milenial.
Sesuai dengan cita-cita Ir Soekarno, Sarinah didirkan sebagai wadah UMKM dari pelaku industri kreatif produk hasil seni dan budaya Indonesia, pusat kerajinan, serta pusat batik dan tenun sebagai wastra dari seluruh pelosok Nusantara. Sarinah pun berkomitmen mengangkat dan melestarikan budaya bangsa.
Direktur Utama PT Sarinah GNP Sugiarta Yasa menyatakan, acara ini ditujukan untuk menarik pecinta budaya Indonesia, khususnya lurik, dan merupakan bentuk kepedulian untuk melestarikan warisan budaya. Sarinah sendiri memiliki bisnis ritel dengan tujuan melestarikan produk budaya-budaya dari pelaku UKM.
"Ke depan, Sarinah juga akan jadi tujuan wisata, bagaimana mereka ingin tahu sejarah Indonesia, khususnya Jakarta. Juga bisa untuk studi tur para pelajar, pelajaran tentang kekayaan Indonesia bisa dipelajari di Sarinah," kata dia di Jakarta, Selasa (19/3/2019).
Ditambahkannya, di tengah berbagai tantangan yang dihadapi industri ritel, perusahaan berhasil membukukan pendapatan Rp854 miliar atau tumbuh 250% secara tahunan. Laba setelah pajak sendiri mencapai Rp20 miliar.
Baca Juga: Di Penerbangan Citilink, Bakal Ada Suvenir Karya UKM Binaan Sarinah
Sarinah the Window of Indonesia bersama Himpunan Wastraprema menyelenggarakan Pekan Lurik Indonesia dari 19 s.d. 31 Maret 2019 di lantal UG Sarinah. Kegiatan yang diselenggarakan selama dua pekan ini bertujuan mengangkat tenun lurik sebagai salah satu wastra Indonesia yang patut dilestarikan dan dikembangkan.
Kerja sama Sarinah dengan Himpunan Wastraprema Indonesia sangat tepat karena himpunan tertua ini merupakan inisiator pendirian museum tekstil Jakarta pada 1976 yang kala itu Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta berhasil mengumpulkan 500 kain tradisional koleksi para anggota Wastraprema menjadi koleksi awal dari museum tekstil Jakarta dengan visi-misinya memberikan pengetahuan dan edukasi atas kekayaan seni kreasi wastra dengan segala makna dan filosofi yang tertuang di dalamnya.
Pekan Lurik Indonesia yang dibuka setiap hari pukul 10.00-22.00 WIB mengadakan pameran berisi kain lurik yang berumur puluhan tahun koleksi dari Rumah Wastra Jo Seda & Museum Tekstil Jakarta. Selanjutnya pasar lurik yang diikuti oleh UMKM pengrajin, salah satu yang tertua ialah Lurik Kurnia dari Yogyakarta. Ada pula perkembangan tenun sejenis lurik misalnya dari NTT dan Badui dengan tenun harisnya, fashion show tenun lurik dari para desainer, workshop dari Komunitas Kreativita Bina Hasta, peraga busana dari ibu-ibu Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI), dan pagelaran seni oleh ibu-ibu Mitra Seni Indonesia, serta bincang-bincang lurik garis yang menarik dengan nara sumber ahli wastra, yaitu Neneng Iskandar.
Baca Juga: Sarinah Bangun Superblock Senilai Rp1,8 T
"Dalam Pekan Lurik Indonesia, kami juga mengundang Komunitas Museum, the Indonesian Heritage Society, Women Intenational Club (WIC), dan khalayak umum secara luas. Tidak ketinggalan, kami juga mengadakan bazar lurik dari seluruh Indonesia selama acara berlangsung," tukas Sugiarta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Rosmayanti