Inovasi dan produktivitas merupakan kunci peningkatan daya saing sebuah negara. Di era teknologi saat ini, setiap perusahaan merupakan perusahaan perangkat lunak, dan setiap interaksi yang kita lakukan terjadi secara digital.
Untuk dapat terus bertahan dan bahkan bersaing di era yang kompetitif ini, salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan para pelaku usaha adalah segera mengadopsi teknologi artificial intelligence (AI) agar dapat terus berinovasi memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin dinamis.
Hal tersebut diungkapkan oleh Haris lzmee, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, pada acara Media Briefing Microsoft Innovation Summit yang mendiskusikan hasil temuan dari penelitian bertajuk Future Ready Business: Assessing Asia Pacific's Growth Potential Through AI, studi hasil kerja sama Microsoft Indonesia dengan IDC, Selasa (26/3/2019).
Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Pasifik dengan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, mempertahankan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. Prediksi pemerintah menyebutkan, potensi ukuran pasar ekonomi digital Indonesia pada 2025 mencapai US$100 miliar.
Baca Juga: AI Mulai Merambah Dunia HRD, Akankah Mereka Terganti?
Ekosistem digital Indonesia juga semakin diperkokoh dengan adanya ekspansi perusahaan rintisan lokal di luar negeri, meningkatnya investasi untuk industri kreatif, serta peningkatan jumlah UMKM, untuk memenuhi permintaan konsumen yang juga semakin tinggi akan kehadiran layanan produk dan jasa pelaku usaha.
Haris menambahkan, "Di era demokratisasi teknologi ini, semua dapat berinovasi. Salah satu adopsi teknologi yang dapat dilakukan dalam mendorong transformasi digital adalah Al. Di Indonesia belum banyak pelaku usaha, baik individual maupun bisnis berskala besar, yang mengimplementasikan Al di strategi inti mereka, padahal adopsi teknologi tidak hanya mendorong capaian ekonomi Indonesia, tetapi juga meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia."
Dengan melakukan inovasi pada layanan produk dan jasa, lanjutnya, kami yakin dapat membuka semakin banyak akses masyarakat ke kesempatan-kesempatan yang ada seperti peningkatan produktivitas.
Di Indonesia, adopsi Al didorong oleh lima faktor dengan faktor menciptakan keterlibatan pelanggan yang lebih baik sebagai pendorong utama, memiliki perbedaan persentase yang signifikan dibandingkan dengan pendorong-pendorong lain seperti daya saing yang lebih tinggi, margin yang lebih tinggi, adanya akselerasi inovasi, dan peningkatan produktivitas pelanggan. Hal ini menandakan bahwa salah satu pemicu adanya adopsi teknologi adalah untuk terus dapat mengakomodasi kebutuhan pelanggan.
Studi ini juga mengungkapkan peningkatan-peningkatan bisnis yang diperoleh pelaku usaha ketika menerapkan Al. Hasil temuan dari penelitian yang sama juga menyebutkan pada 2021, Al akan meningkatkan laju inovasi mencapai persentase 58% atau 1,9 kali lebih tinggi dari 2018. Selain itu, hal lain yang mengalami peningkatan di antaranya produktivitas karyawan, margin, keterlibatan pelanggan hingga daya saing (dengan persentase nilai 50%, 42%, 51%, 45% secara berurutan di 2021).
Baca Juga: Keren! AI Bisa Dipercaya Lakukan Panggilan '911'
Mevira Munindra, Head of Operations IDC Indonesia, menambahkan, "Tahun lalu, organisasi yang telah mengadopsi AI mengalami adanya peningkatan di lima area tersebut dalam kisaran 25% hingga 32%. Mereka memperkirakan adanya peningkatan lebih lanjut setidaknya 1,4 kali dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, dengan lompatan terbesar diharapkan terjadi pada produktivitas karyawan, akselerasi inovasi, dan margin yang lebih tinggi."
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Rosmayanti