Kenaikan harga tiket pesawat tidak berimbas kepada okupansi atau tingkat hunian hotel di Artotel Indonesia.
Assistant Director of Marcomm Artotel Group, Yulia Maria, mengatakan Artotel Indonesia tidak terkena imbas langsung dari kenaikan harga tiket pesawat karena socioeconomic status (SES) konsumen mereka berada di segmen B+ hingga A. Meski demikian, ia mengakui jika tingkat okupansi di kuartal pertama ini tidak tinggi karena sudah memasuki masa low season.
"Seperti biasa setiap tahunnya, di kuartal awal Januari-Maret tidak terlalu heboh dibandingkan kuartal akhir," katanya kepada Warta Ekonomi di Jakarta, Rabu (27/3/2019).
Baca Juga: Tiket Pesawat Mahal, Okupansi Hotel Anjlok 40%
Yulia Maria mengatakan tingkat okupansi di beberapa daerah tetap stabil dan tinggi. Misalnya, tingkat okupansi di Jakarta tercatat tetap bagus di periode kuartal I-2019 ini. Kemudian tingkat hunian hotel di wilayah Batu dan Surabaya juga tercatat tetap stabil dibandingkan dengan tiga bulan pertama tahun lalu.
"Di daerah seperti Bandung, Yogyakarta, dan Bali tingkat okupansi tidak terlalu bagus," jelasnya.
Ia menyampaikan Artotel Group menargetkan tingkat okupansi di Indonesia sebesar 75% pada tahun 2019 ini. Adapun, Artotel Group memiliki tujuh unit hotel di Indonesia yakni Artotel Surabaya, Artotel Thamrin-Jakarta, Artotel Sanur-Bali, Artotel Yogyakarta, Artotel Haniman Ubud-Bali, De Braga by Artotel Bandung, dan Alpines by Artotel Batu.
"Untuk mencapai target tersebut, kami berupaya aktif di digital marketing melalui online travel agent dan promo melalui website sendiri. Kami juga tetap berjualan secara aktif ke corporate, pemerintahan, dan wholesaler travel agent," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: