Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Apa Itu Business to Customer?

Apa Itu Business to Customer? Kredit Foto: Unsplash/John Schnobrich
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di zaman yang serba digital seperti saat ini, semua menjadi lebih mudah untuk dilakukan, bahkan untuk memenuhi setiap kebutuhan Anda. Mulai dari makanan, pakaian, hingga perabot rumah semua yang dibutuhkan akan Anda dapatkan hanya melalui ponsel. 

Sudah bukan rahasia umum bahwa saat ini banyak bermunculan toko-toko online yang menawarkan kemudahan bagi konsumen dalam membeli produk unggulannya. Anda pun sebagai konsumen akan merasa sangat terbantu, bukan? 

Namun, sadarkah Anda bahwa di saat Anda bertransaksi dengan toko online seperti Shopee, Bukalapak, Tokopedia, dan lainnya, Anda sedang melakukan apa yang disebut dengan business to customer (B2C)? Dan, sebenarnya, apa itu B2C?

Pertama kali digunakan oleh Michael Aldrich di tahun 1979. B2C merujuk pada salah satu model bisnis atau penjualan produk langsung kepada pelanggan. Produk atau jasa yang ditawarkan pun seluruhnya digunakan secara pribadi oleh para konsumen, bukan untuk keperluan bisnis lainnya.

B2C Konvensional Vs B2C Modern

Model bisnis B2C konvensional di awal perkembangannya merujuk pada aktivitas jual-beli produk dan jasa di pusat perbelanjaan, supermarket, restoran dan lain sebagaimanya. Dulu, untuk mendapatkan kebutuhan, seseorang harus datang ke tempat di mana barang atau jasa tersebut dijual. 

Salah satu perusahaan pelaku model bisnis B2C yang masih eksis hingga saat ini, yaitu McDonald. Perusahaan raksasa makanan cepat saji ini menyediakan berbagai pilihan produk melalui gerai yang tersebar di beberapa tempat. Meskipun dalam perkembangannya, McDonald juga mulai mengimplementasikan teknologi digital dalam bisnisnya.

Baca Juga: Apa Itu Business to Business?

Namun, aktivitas jual-beli seperti itu mulai bergeser saat ini dengan munculnya berbagai toko online pelaku e-commerce. Bagaimanapun, e-commerce telah mengubah secara signifikan bentuk interaksi bisnis antara penjual dengan konsumen. Setiap proses transaksi dilakukan secara online, mulai dari pengiklanan, pemesanan, pembayaran, hingga pengantaran dilakukan dengan memanfaatkan internet. 

Amazon adalah salah satu contoh perusahaan B2C yang modern. Perusahaan online raksasa ini menawarkan produk-produknya secara online sehingga memungkinkan bagi konsumennya untuk membeli dalam waktu 24 jam sehari alias nonstop. 

Model E-Commerce B2C

Dari sekian banyak model bisnis e-commerce B2C, ada lima model bisnis yang paling populer saat ini. Model bisnis yang dimaksud berkaitan dengan peran dan produk atau layanan yang ditawarkan. 

1. Penjual langsung

Model bisnis B2C yang pertama ini adalah yang paling populer di antara lainnya. Perusahaan atau bahkan pebisnis rumahan dapat menawarkan produk-produknya secara langsung kepada konsumen. Dan tentu saja, proses penawaran dilakukan secara online. Kepopuleran model bisnis ini terlihat melalui banyaknya akun toko online yang dijalankan oleh pemiliknya secara langsung di media sosial, baik instagram maupun facebook. 

Baca Juga: Bisnis E-Commerce Butuh Blockchain Biar Makin Tokcer!

2. Perantara

Berbeda dengan model bisnis B2C yang pertama, model bisnis ini tidak menjual produk atau jasa sendiri, tetapi hanya menyediakan media atau platform yang ditawarkan kepada pemilik bisnis tertentu. Media atau platform tersebut dapat dikatan menjadi alat pemasaran dari produk yang ditawarkan oleh penjual. 

3. Komunitas online

Model bisnis B2C yang ketiga ini hampir serupa dengan model kedua, perantara. Suatu komunitas online juga hanya menawarkan ruang atau media terbuka bagi perusahaan dalam memasarkan merek atau produk yang dimilikinya. Namun, dengan skala pemasaran yang lebih luas. 

4. Berbasis iklan

Model bisnis yang keempat ini merujuk kepada perusahaan yang menawarkan fitur iklan utama dari produk perusahaan lainnya untuk menarik konsumen akhir dalam volume yang besar.

5. Berbasis biaya

Model bisnis B2C yang terakhir ini merujuk pada bisnis yang menawarkan layanan, produk, atau manfaat kepada konsumennya dengan imbalan biaya. Salah satu contoh bisnis ini adalah multi level marketing (MLM). 

Keunggulan B2C

Bisnis e-commerce B2C tidak akan bertahan dan berkembang pesat sampai saat ini jika tidak memberi keuntungan, baik bagi penjual maupun pembeli. Setidaknya, ada empat keunggulan yang dimiliki bisnis B2C. 

1. Jangkauan tak terbatas

Yap, bisnis B2C dapat dijalankan dengan jangkauan yang tidak terbatas alias mengglobal. Bahkan, untuk bisnis rumahan sekali pun dapat menjangkau pasar internasional hanya dengan memanfaatkan teknologi dan internet.

2. Memangkas biaya tambahan

Karena hampir semua tahap transaksi dilakukan secara online, tentu akan memberi keuntungan kepada kedua pihak. Bagi pembeli, biaya transportasi untuk datang ke toko akan terpangkas, dan bagi penjual biaya seperti sewa toko juga akan lebih kecil. 

3. Kaya akan data profil pelanggan

Menjalankan bisnis secara online akan memberi Anda kemudahan untuk menemukan informasi demografis tentang konsumen Anda, berikut dengan informasi psikologis seperti minat dan tren yang sedang digemari oleh konsumen. 

4. Pelacakan pemasaran mudah

Bisnis B2C online akan memudahkan dalam hal pelacakan pemasaran produk Anda. Salah satu kemudahan yang dimaksud, yaitu Anda dapat melihat dan melacak bagaimana interaksi konsumen Anda dengan situs toko online yang Anda miliki. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: