Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ingin Bertahan Hidup, Bisnis Harus Bangun Ekosistem

Ingin Bertahan Hidup, Bisnis Harus Bangun Ekosistem Diskusi ekonomi dan bisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (2/4/2019). Menurutnya era ke depan adalah era di mana perusahaan tidak lagi bersaing, tapi membangun ekosistem bersama. | Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam beberapa waktu ke depan akan terjadi perubahan yang sangat signifikan di sektor bisnis di Indonesia. Di mana nantinya kebutuhan untuk membangun ekosistem pada sektor-sektor bisnis perusahaan merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting demi keberlangsungan bisnis dan perusahaan.

Demikian diungkapkan oleh Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Aviliani dalam diskusi ekonomi dan bisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (2/4/2019). Menurutnya era ke depan adalah era di mana perusahaan tidak lagi bersaing, tapi membangun ekosistem bersama.

“Jadi, bagaimana membangun ekosistem, itu yang bisa survive. Perusahaan yang tidak punya ekosistem ke depan, dia akan mati. Maka, kita harus mulai menggemakan pembentukan ekosistem tersebut,” ujar Aviliani, dalam acara Pembukaan Perdagangan Saham yang digelar oleh Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis (IKAFEB) Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya bekerjasama dengan Asosiasi Pedagang Efek Indonesia (APEI).

Baca Juga: 5 Ide Bisnis Dilan, Cuma Modal Dengkul

Dengan pengalaman dan pengamatan selama 15 tahun di dunia perbankan, menurut Aviliani kalau bank tidak membentuk ekosistem akan susah untuk bertahan hidup bahkan berpotensi tergilas. Itu karena sifat pasar dari kalangan milenial yang cenderung menginginkan punya satu produk perbankan namun bisa untuk apa saja.

Karena itu, kebutuhan untuk menciptakan ekosistem pada setiap lini bisnis harus menjadi fokus para pelaku bisnis di sektor manapun. Sebab, cepatnya perkembangan teknologi memengaruhi semua lini bisnis dan perekonomian.

"Jadi, kalau ada perusahaan tutup, itu bukan berarti ekonominya jelek. Tapi mungkin, dia yang tidak bisa mengikuti pasar dan membangun ekosistem di core bisnisnya tersebut," imbuhnya.

Sementara Ketua IKAFEB Unika Atma Jaya, Michell Suharli mengatakan, seremonial pembukaan perdagangan saham mengatakan pembukaan perdagangan saham bersama tokok bidang ekonomi dan bisnis itu memberi pesan kolaborasi sinergi antara ekonom, wirausahawan dan akademisi. Kegiatan tersebut juga menjadi bentuk dukungan alumni, pimpinan fakultas dan pimpinan universitas terhadap optimisme kemajuan perekonomian, bisnis dan investasi di Indonesia.

“Kekuatan perekonomian negara akan terbentuk dari penyelenggaraan bursa efek yang sehat, tata kelola perusahaan yang baik dan bertambahnya jumlah emiten dari tahun ke tahun. Hadirnya entrepreneur daur ulang plastik yang menghasilkan devisa dan entrepreneur digital keuangan juga diharapkan membuat bursa efek menjadi lebih kuat lagi,” ujar Michell.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: