Tidak hanya pilpres, peta pertarungan persaingan pemilu legislatif diprediksi akan sangat ketat. Ini terutama di daerah pemilihan yang kekuatannya merata, seperti di DKI Jakarta.
Ada sejumlah nama tenar yang bersaing di dapil DKI III, di antaranya adalah Lulung Lunggana (PAN), Charles Honoris (PDIP), Yusril Ihza Mahendra (PBB), dan Ahmad Sahroni (Nasdem), termasuk Rahayu Saraswati caleg besutan Gerindra yang juga adalah keponakan Prabowo Subianto.
Gerindra yakin di DKI mereka dapat meraih dua kemenangan. Kemenangan di pilpres dan pileg. Untuk Pileg, Saraswati akan jadi tumpuan Gerindra untuk meraih suara.
Baca Juga: Gerindra Akui Sudah Bagi-Bagi Jatah Menteri, tapi...
"Dapil III DKI memang dapil neraka. Tapi dengan kualitas yang dimiliki, saya yakin Saraswati akan menang dan lolos," ujar Ketua DPC Partai Gerindra Jakarta Utara, S Andyika di acara Ngumpul Relawan Rahayu Saraswati (RSD) di Jakarta Utara.
Andyka mengungkapkan sejumlah alasan keponakan Prabowo Subianto itu akan menang yakni rajinnya turun menemui dan menyerap aspirasi masyarakat Jakarta.
Saraswati juga melakukan hal yang berbeda dengan politisi lainnya saat bertemu dengan masyarakat.
Baca Juga: Masyarakat Lebih Piiih Caleg daripada Parpolnya
Ia cenderung melakukan pendidikan politik terkait tugas dan tanggung jawab DPR dan penanaman prinsip-prinsip anti korupsi kepada masyarakat.
Di sisi lain, Rahayu Saraswati berharap pemilihan legislatif berjalan dengan lancar dan tanpa kecurangan. Ia menyakini KPU dan bawaslu akan bekerja profesional dan mengawasi praktik-praktik money politik.
"Kualitas DPR bergantung pada seberapa jauh masyarakat menolak politik uang dan memilih anggota DPR karena kualitas dan kemampuannya," ujarnya.
Saraswati juga mengingatkan warga untuk tidak mudah termakan hoax yang dapat menimbulkan instabilitas sosial dalam masyarakat.
Ia menghimbau masyarakat untuk selalu melakukan verifikasi dan pengecekan ulang terhadap informasi yang ada.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Lestari Ningsih