Produk peternakan Indonesia siap diekspor ke Timor Leste. Hal itu disambut baik oleh pemerintah Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) yang menilai produk Indonesia berkualitas baik dan diminati masyarakat di sana.
Hal ini disampaikan oleh Domingos Gusmao, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan RDTL dalam exit meeting import risk analysis (IRA) di Denpasar (12/4/2019).
"RDTL selalu terbuka untuk produk peternakan Indonesia selama produk-produk tersebut memenuhi kualitas yang telah ditetapkan. Kami tidak ada diskriminasi terkait pemilihan perusahaan yang dapat ekspor ke RDTL, semuanya tergantung kualitas produk peternakan perusahaan tersebut," jelas Gusmao.
Baca Juga: Mantul! Indonesia Ekspor Pisang dan Nanas Lampung ke Spanyol dan China
Pada pertemuan tersebut, delegasi kedua negara sepakat bahwa hubungan dua negara tersebut harus terus ditingkatkan, khususnya di bidang pertanian dan peternakan yang telah memiliki dasar kerja sama. Berdasarkan hasil IRA dan check list, Tim RDTL dapat menyimpulkan bahwa perusahaan PT Japfa Comfeed sudah memenuhi standar untuk dapat diimpor ke Timor Leste.
"Tim IRA RDTL telah menggunakan standar yang sesuai dengan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) untuk pelaksanaan IRA ini, dan dapat kami simpulkan bahwa produk peternakan yang kami nilai sudah memenuhi kualitas dengan standar internasional," tambah Gusmao.
Import risk analysis oleh tim IRA RDTL dilakukan untuk unit usaha breeding farm, hatchery, rumah potong ayam, dan pabrik pakan ternak PT Japfa Comfeed Indonesia selama hampir sepekan. Dimulai sejak tanggal 8 sampai dengan 12 April 2019 dengan mengunjungi berbagai lokasi di Surabaya dan Bali.
Lebih lanjut Gusmao menjelaskan bahwa keputusan final dari Pemerintahan RDTL hanya memerlukan waktu lebih kurang dua pekan. Dirjen PKH RDTL akan menyampaikan hasil final IRA secara resmi kepada Dirjen PKH Indonesia. Selanjutnya PT Japfa Comfeed dan importir di RDTL dapat segera menindaklanjuti proses ekspor-impornya.
Komitmen ekspor produk Indonesia
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita menegaskan komitmennya untuk terus mendorong berbagai produk peternakan Indonesia untuk go internasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia untuk produk peternakan ke Timor Leste mencapai 9,5 juta dolar AS pada tahun 2018.
Baca Juga: One Health Buka Peluang Ekspor Produk Peternakan ke Jepang
“Nilai ekspor tersebut masih dapat berkembang dengan diversifikasi produk yang diekspor dan meningkatnya minat serta kepercayaan RDTL terhadap produk peternakan Indonesia," ungkap Diarmita.
Kementan akan terus meningkatkan nilai ekspor tersebut. Yakni dengan menjamin kualitas dan keamanan produk peternakan yang di ekspor. Semua komoditas unggas yang diekspor ke Timor Leste berasal dari unit peternakan unggas yang tersertifikasi Kompartemen Bebas AI
Komoditas daging ayam beku berasal dari Rumah Potong Hewan Ayam yang memiliki Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Di samping itu, Ketut juga menyatakan komitmen Indonesia untuk ikut berkontribusi dalam penyediaan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh dan halal bagi RDTL.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Produk Peternakan, Fini Murfiani menyampaikan apresiasi kepada tim IRA RDTL yang telah bekerja secara profesional. Dia berharap hasil IRA yang baik ini dapat segera direalisasikan dalam bentuk ekspor produk peternakan ke Timor Leste dalam waktu dekat.
"Ekspor produk peternakan ke Timor Leste ini nantinya akan menambah jenis dan jumlah produk peternakan yang kita ekspor ke sana. Kita harapkan akses pasar ini akan membuka juga akses pasar produk peternakan ke negara-negara lain," tambah Fini.
Baca Juga: Timor Leste Akui Kalah Lawan Indonesia
Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menambahkan bahwa saat ini Indonesia telah mengikuti standar internasional dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) maupun CODEX Alimentarius. Produk yang dihasilkan dipastikan aman dikonsumsi.
Pada kesempatan exit meeting ini Direktur Animal Health & Laboratory Services PT Japfa Comfeed Indonesia, Teguh Y Prayitno, selain produk terkait perunggasan, perusahaannya juga mempunyai produk dairy (persusuan), pakan ternak, aquaculture serta beberapa bidang bisnis lainnya. “Kami akan siap menyuplai Timor Leste dengan produk-produk yang berkualitas, dan memenuhi standar internasional," papar Teguh.
Kerja sama bidang peternakan
Selain kerja sama perdagangan, kedua negara sepakat untuk terus meningkatkan kerja sama teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Beberapa kegiatan yang disepakati adalah joint border surveillance.
Fokusnya pada beberapa penyakit yang menjadi perhatian bersama yaitu Brucellosis, SE, dan PMK. Kedua negara juga mendiskusikan kerjasama untuk peningkatan kapasitas inseminasi buatan untuk Timor Leste, peningkatan kapasitas SDM untuk meat inspector dan AMR.
Baca Juga: Jokowi: Peternakan di Tanah Air Berkembang Pesat
Sementara itu, untuk kerja sama di bidang obat hewan, RDTL menyampaikan ketertarikannya untuk membeli obat hewan berupa vaksin SE, ND, dan Brucella dari Pusvetma. Terkait dengan hal tersebut Fadjar menyampaikan jaminannya atas kualitas produk-produk Pusvetma dimaksud. "Pusvetma sebagai instansi pemerintah yang diberikan mandat untuk produksi vaksin, mempunyai kapasitas untuk memproduksi vaksin dengan kualitas tinggi,"ujar Fadjar.
Hal tersebut diamini oleh Agung Suganda, Kepala Pusvetma yang sekaligus menambahkan kesiapan Pusvetma untuk kerjasama dibidang obat hewan ini.
Menutup pertemuan, Fini menyampaikan bahwa Indonesia juga siap untuk memasok RDTL untuk komoditas peternakan lain. Seperti bebek (DOD), puyuh (DOQ), ayam kampung (DOC), dan kambing etawa.
"Saat ini kami menerima beberapa permintaan untuk mengekspor produk-produk peternakan tersebut ke Timor Leste, dan kami telah menyampaikan kesiapan kami untuk segera merealisasikannya. Dokumen-dokumen pendukung segera kami kirimkan untuk kemudian dipelajari oleh Dirjen PKH RDTL, dan diharapkan rencana ekspor produk tadi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu dekat" ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Clara Aprilia Sukandar
Tag Terkait: