PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) memutuskan untuk tidak membagikan dividen atas tahun buku 2018 karena masih mencatatkan rugi. Hal tersebut menjadi keputusan dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) yang digelar beberapa waktu lalu.
Corporate Secretary Indah Prakasa Sentosa, Karya Bakti Kaban, mengatakan perseroan mengusulkan kepada pemegang saham untuk menahan pembagian dividen atas laba bersih tahun buku 2018 yang tercatat masih negatif.
"Usulan tersebut diterima dengan mufakat oleh pemegang saham," kata di Jakarta, belum lama ini.
Baca Juga: Tebar Dividen Rp4,5 T, United Tractors Pun Rombak Komisaris dan Direksi
Dirinya menjelaskan faktor terbesar yang membuat perseroan menelan kerugian lebih besar pada 2018 yakni harus menghadapi permasalahan finansial di mana perseroan kalah di perputaran uang. Di samping itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menambah kerugian perseroan lantaran mempengaruhi sisi produksi.
Asal tahu saja, perseroan mencatatkan peningkatan kerugian 10,7% pada 2018 menjadi Rp11,31 miliar dari tahun sebelumnya yang tercatat Rp10,26 miliar.
Namun demikian, perseroan tahun ini mematok pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di mana perseroan menargetkan bisa meraup pendapatan sebesar Rp800 miliar pada 2019. Target tersebut terbilang cukup tinggi dibandingkan dengan pendapatan perseroan pada tahun sebelumnya.
Pasalnya, tahun lalu perseroan hanya mencatatkan pendapatan Rp318,32 miliar. Pendapatan yang dikantongi perseroan di 2018 lebih rendah 15,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni Rp375,91 miliar.
Baca Juga: Dalam Tiga Bulan, Kinerja BRI Agro Masih Sesuai Target
Karya Bakti Kaban mengatakan target yang ditetapkan perseroan tersebut bukan sekadar angan-angan. Banyak faktor yang membuat perseroan optimistis untuk meraih pendapatan Rp800 miliar.
Target tersebut, lanjutnya, akan dikontribusikan paling besar atas lini bisnis perseroan dalam perdagangan di bidang bahan bakar minyak, sebab, pada 2019 INPS membuka satu stasiun pengisian BBM di luar kemitraan dengan PT Pertamina (Persero). Pada Januari 2019, INPS membuka satu stasiun pengisian bahan bakar dengen merek dagang Shell.
"Penjualan BBM ini kami bisa kita bilang cukup besar secara overall sehingga dengan hitungan tertentu kami bisa masuk ke target tersebut," ujarnya.
Dari sektor bisnis liquified petroleum gas (LPG), Karya meyakini akan memberikan kontribusi yang positif pada 2019 untuk perseroan melalui anak usaha PT Jono Gas Pejagalan. Menurutnya, tren pertumbuhan penjualan LPG pada beberapa tahun ke belakang merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan penjualan bahan bakar minyak.
Pada 2018, penjualan gas berkontribusi Rp64,84 miliar terhadap pendapatan perseroan, dan SPPBE memberikan kontribusi senilai Rp7,59 miliar. Selain itu, pundi-pundi yang akan didapat INPS pada 2019 akan bersumber dari penjualan bahan bakar minyak kepada konsumen-konsumennya yang berada di lautan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: