Beragam teknologi baru bermunculan dan diaplikasikan oleh kalangan pelaku industri untuk mengakslerasi pertumbuhan bisnisnya. Sebut saja machine learning, big data, internet of things (IoT) hingga artificial intelligence (AI).
Teknologi tersebut kini kian banyak dibicarakan dan familiar di masyarakat lewat kegunaannya di sejumlah produk industri berbasis teknologi, seperti aplikasi marketplace macam Bukalapak dan Tokopedia, layanan transportasi berbasis online seperti Go-Jek dan Grab hingga layanan pesan instan seperti WhatsApp dan Line hingga beragam media sosial semacam Facebook dan Instagram.
Dari sekian banyak varian teknologi terbaru tersebut, blockchain menjadi salah satu yang cukup mencuri perhatian. Kemunculannya yang identik dengan mata uang kripto (cryptocurrency) membuat sejumlah regulator resistance, namun di lain pihak, pemakaiannya di masyarakat seperti tak terbendung.
"Namun, yang perlu diperhatikan bahwa pengaplikasian di industri harus hati-hati. Dia harus digunakan pada usecase yang tepat agar secara manfaat lebih tepat guna. Kalau enggak, penggunaan blockchain justru akan kontraproduktif," ujar Partner Convergence Ventures, Donald Wihardja kepada Warta Ekonomi di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Beli Saham Pakai Ovo dan Go-Pay, Mungkin Enggak Sih?
Dalam pandangan Donald, keberadaan teknologi blockchain hanya akan bermanfaat pada kondisi di mana tidak ada otoritas yang bisa dipercaya untuk menyelesaikan masalah terkait. Sebaliknya, bila masalah tersebut bisa dengan mudah diselesaikan lewat satu otoritas yang dipercaya, maka peran blockchain tidak diperlukan lagi.
"Misal dalam kasus pengiriman uang antarnegara. Tidak ada otoritas yang bisa digunakan untuk settlement, atau kalaupun ada, cukup memakan waktu dan biaya, maka di sana blockchain sangat useful. Dia bisa selesaikan transaksi itu dengan sangat cepat dalam hitungan detik dan relatif murah. Tapi, coba kita gunakan teknologi blockchain, misalnya, untuk transaksi Go-Pay. Dia justru akan sangat lambat dan mahal," tutur Donald.
Lambannya proses penyelesaian transaksi Go-Pay lewat blockchain, menurut Donald, karena sistem komputasi blockchain yang notabene menganut konsep desentralisasi, ribuan kali lebih kompleks dibanding sistem sentralisasi database sebagaimana yang digunakan Go-Pay saat ini.
"Salah satu sistem di blockchain kan menjadikan semua komputer terhubung sebagai server. Artinya, ada banyak server yang saling terkoneksi dan memverifikasi satu sama lain. Itu take time dan costly. Mending percayakan otorisasnya ter-centralized di Go-Jek. Enggak masalah kan. Justru jauh lebih simpel dan murah," ungkap Donald.
Atas pertimbangan tersebutlah, dikatakan Donald, Convergence Venture sebagai perusahaan venture capital (VC) sejauh ini masih belum berminat untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan startup yang memilih bergerak di ceruk pasar blockchain.
"Segmennya masih sangat terbatas dan penerapannya harus benar-benar tepat. Usecase-nya enggak boleh salah. Jadi, bagi kami masih belum (tertarik berinvestasi)," tegas Donald.
Baca Juga: Yuhuu! Kini Giliran Tokoin yang Manfaatkan Blockhain untuk Bantu UMKM
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: