Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Polarisasi 'Cebong' dan 'Kampret' Akibat Masa Kampanye yang Terlalu Lama?

Polarisasi 'Cebong' dan 'Kampret' Akibat Masa Kampanye yang Terlalu Lama? Pendukung pasangan Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin menghadiri Konser Putih Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (13/4/2019). Konser Putih Bersatu tersebut menjadi puncak dari kampanye akbar pasangan nomor urut 01 sebelum memasuki masa tenang dan hari pemungutan suara (Pemilu) serentak pada tanggal 17 April 2019 mendatang. ANTARA FOTO//aww. | Kredit Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan mendesak agar UU Pemilu direvisi, salahsatu poin krusial yang harus diubah adalah lama waktu masa kampanye Pilpres dan Pileg yang berlangsung selama 8 bulan.

Baca Juga: Istilah Cebong dan Kampret Harus Dikubur, Pinta Kiai Ma'ruf

"Pemilu ini terlalu lama, menghabiskan energi. Masa 'berantem' disuruh undang-undang sampai 8 bulan," kata Zulkifli di Kompleks Istana, Rabu (24/4/2019).

Zulhas, sapaan akrabnya,meminta agar durasi kampanye diperpendek menjadi 1,5 bulan saja karena akan lebih efektif dan tidak mempolarisasi masyarakat di akar rumput.

Untuk diketahui, masa kampanye pemilu berlangsung mulai 23 September 2018 sampai 13 April 2019. Selama 8 bulan itu, polarisasi di tengah masyarakat terbelah. Bahkan, muncul istilah "cebong" dan "kampret" sebagai identitas antara pendukung Jokowi dan Prabowo.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Bagikan Artikel: