Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Dampak Perang Dagang Cina VS Amerika Terhadap Indonesia

Ini Dampak Perang Dagang Cina VS Amerika Terhadap Indonesia Kredit Foto: Antara/Nova Wahyudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menjelaskan kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk memberlakukan bea impor 25 persen kepada produk Cina akan berpengaruh pada Indonesia.

Menurut Darmin, apabila perang dagang berkelanjutan, dampak paling besar akan dirasakan pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Cina. Hal tersebut berarti, impor mereka akan turun. "Artinya, ekspor kita ke sana dapat turun," ujarnya di Jakarta, Jumat (10/5/2019).

Nilai perdagangan antara Indonesia dengan Cina, kata Darmin, memang belum dipastikan semakin mengalami defisit. Tapi, yang pasti adalah, nilai ekspor dan impor kedua negara akan menurun.

Darmin menilai, perang dagang antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini akan terus berlanjut. Setelah ini, Cina biasanya akan membalas yang kemudian kembali menimbulkan dampak. Selain kedua negara, negara lain pun akan ikut merugi.

Baca Juga: Harga Tiket Bakal Turun, Menteri Darmin Malah Belum Tau Nilainya

"Walaupun kita tidak ikut perang dagang, dampaknya pasti kena," katanya.

Dengan adanya kondisi tersebut, Darmin optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terganggu signifikan. Bahkan meyakini, target pertumbuhan 5,3 persen sampai akhir tahun masih dapat terwujud.

Keyakinan tersebut berdasarkan indikasi pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2019 yang mengalami pertumbuhan dibanding dengan periode sama pada tahun lalu. Meski hanya tumbuh 0,01 persen, yaitu dari 5,06 persen ke 5,07 persen, Darmin melihat angka tersebut menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia masih baik.

Namun demikian, Darmin memastikan, pemerintah kini terus mengkaji untuk mendorong ekspor. Khususnya di sektor-sektor prioritas yang ditetapkan Kementerian Perindustrian dalam roadmap Making Industry 4.0, seperti makanan dan minuman.

"Prioritas tersebut bukan muluk, tapi kapasitasnya sudah ada untuk produksi dan ekspor, kini tinggal tingkatkan," imbuhnya.

Di sisi lain, pemerintah juga akan terus mendorong pengolahan sumber daya alam yang kini menjadi dorongan utama terhadap ekspor Indonesia. Termasuk di antaranya kelapa sawit dan karet.

Pertumbuhan ekspor akan semakin mudah dilakukan mengingat pembangunan infrastruktur strategis yang sudah masif. Selama lima tahun terakhir, pemerintah berupaya menambah dan memaksimalkan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Dengan itu, kita berharap, tahun ini bisa 5,3 persen dan lebih tinggi lagi di tahun depan," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Irfan Mualim
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: