Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Sejak Awal Mereka Terpaksa Dukung Prabowo

Sudah Sejak Awal Mereka Terpaksa Dukung Prabowo Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Koalisi dari pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno kembali meruncing. Hal itu terjadi lantaran sikap yang selama ini dimunculkan dari Partai Demokrat di Koalisi Indonesia Adil dan Makmur.

Selain itu, adanya pernyataan dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Poyouno yang menyebut bahwa Partai Demokrat seperti hewan undur-undur dan meminta agar keluar dari Koalisi Indonesia Adil-Makmur.

Baca Juga: Sejak Awal SBY Tak Mau Dukung Prabowo?

Terkait hal tersebut, Wasekjen Partai Hanura Tri Dianto menilai bahwa lahirnya perdebatan di internal Koalisi Indonesia Adil dan Makmur lantaran sejak awal Demokrat memang terlihat terpaksa mendukung Prabowo-Sandi.

"Penyebabnya jelas karena koalisi Demokrat kalah pilpres. Karena kalah pilpres dan sejak awal memang SBY setengah hati mendukung Prabowo, atau terpaksa mendukung Prabowo," kata Tri kepada Okezone, di Jakarta, Minggu 12 Mei 2019.

Oleh karena itu, Tri berpandangan bahwa saat ini sikap dari Demokrat seakan setengah hati mendukung Prabowo-Sandi.

Menurut dia, dewasa ini partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu seakan sedang membuka jalan ke koalisi Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Makanya sekarang Demokrat cari jalan merapat ke Jokowi," ujar Tri.

Merapat ke Jokowi, dikatakan Tri, tujuan Demokrat adalah untuk kepentingan jangka panjang dari Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pasalnya, AHY sedang dipersiapkan Demokrat untuk kepentingan politik di era mendatang.

Baca Juga: Pemuda yang Ancam Penggal Kepala Jokowi Diburu Polisi

"Kalau dulu Demokrat adalah SBY, sekarang kan mau dibikin Demokrat adalah AHY. Makanya gimana caranya AHY bisa masuk ke kekuasaan," tutur Tri.

Sementara Wasekjen Golkar M Sarmuji juga menyatakan bahwa sikap Demokrat sekarang ini merupakan buntut dari adanya ketidaksamaan pandangan politik dengan partai-partai lainnya di Koalisi Indonesia Adil-Makmur.

"Yang jelas bibit ketidakcocokan dengan BPN sebenarnya sudah ada sejak awal mula," kata Sarmuji kepada Okezone secara terpisah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: