Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masa Depan Podcast di Timur Tengah

Masa Depan Podcast di Timur Tengah Kredit Foto: Telegraph India
Warta Ekonomi, Jakarta -

Revolusi digital merambah ke mana pun, termasuk ke dunia Arab. Ini adalah cerita tentang beberapa orang yang berhasil membuat berbagai content via podcast untuk menembus pasar Arab yang terkenal sangat konservatif. Berikut kisah beberapa podcaster local sebagaimana dilansir CNA.

Rana Nawas: Mayoritas Pasarnya Wanita Saudi

Rana Nawas meninggalkan dunia usaha untuk kemudian memproduksi serta menjadi tuan rumah podcast, yang saat ini dianggap paling populer di Arab.

Salah satu hasil produksinya adalah Serial ‘When Women Win’. Serial berbahasa Inggris ini bercerita tentang wanita-wanita sukses dari seluruh dunia. Menurut Apple, serial ini telah menjadi yang paling banyak didengarkan di podcast Timur Tengah.Hebatnya, mayoritas pasarnya adalah kaum wanita dari Saudi Arabia.

Tapi dia mengkhawatirkan masa depannya. "Hal ini tidak akan berkelanjutan," ujarnya kepada AFP.

"Saya berharap dalam beberapa tahun, begitu saya memiliki hasil yang saya inginkan... untuk mulai menggandeng investor atau menggandeng pengiklan atau sponsor."

Nawas juga mendapatkan pesan terkait podcast dari seluruh dunia melalui media sosial, termasuk Instagram dan LinkedIn, dan ia pun yakin podcast akan memperoleh popularitas yang lebih lagi.

"Saya pikir masa depan podcast secara global akan sangat positif, dan alasannya adalah orang-orang tidak akan menjadi kurang sibuk. Kami hanya akan semakin sibuk," lanjutnya.

Dia juga mengatakan sebagian besar orang mendengarkan podcast di perangkat seluler selama perjalanan mereka, atau saat membersihkan rumah ataupun saat memasak.

Baca Juga: Ini Dia Serial Podcast yang Paling Populer di Arab!

Omar Tom: Topik yang Diabaikan di Media Tradisional

Pada tahun 2016 Omar Tom dan teman-temannya menciptakan podcast dengan mengangkat topik-topik yang mereka rasa diabaikan di media tradisional.

Salah satu masalah yang dirasakan seperti podcast berbahasa Inggris ‘The Dukkan Show’ yang berfokus pada kehidupan di Teluk bagi anggota populasi ekspatriat yang besar.

Dalam acara itu, tuan rumah berbincang dengan para tamu seolah-olah mereka sedang duduk di Dukkan atau "Sudut toko". Asal tahu saja,   hal ini merupakan budaya umum yang ada di dunia Arab untuk bersosialisasi dengan teman dan tetangga.

"Saya ingin bertarung melawan beberapa stereotip," kata Tom, 30, yang saat itu mengenakan kaus oblong “Made in Sudan”.

"Salah satunya adalah stereotip Sudan ketika saya pertama kali memulainya, yang kurang adalah perwakilan di media, dan kalaupun ada perwakilan, itu tidak selalu berbicara tentang diaspora ataupun tentang anak-anak budaya ketiga.

Pria kelahiran Sudan ini juga mengatakan, “Sebagai orang Arab, kita tidak terlihat begitu baik di media internasional dan barat. Jadi bagaimana cara kita mengatasi hal itu? Satu-satunya cara untuk melakukannya adalah berbicara dalam bahasa yang semua orang dapat mengerti, yang saat ini kebetulan adalah bahasa Inggris. "

Rami Baassiri: Podcast Mengalahkan Radio Tradisional

Banyak anak muda Arab sekarang lebih suka podcast daripada program radio tradisional.
Bagi Rami Baassiri, 26, podcast memungkinkan dirinya menjadi lebih produktif dan mampu melakukan dua hal sekaligus.

"Ada banyak waktu senggang di hari-hari saya, apakah ketika saya pulang kerja, mengemudi, di gym, antrian di mal, di bandara, jadi saya suka memanfaatkan waktu itu," Rami Baassiri kepada AFP.

"Saya menganggap podcast sebagai radio yang melakukan sesuai dengan permintaan.”
"Radio... sangat acak. Podcast memungkinkan saya untuk mengontrol radio dengan memilih suara siapa pun yang ingin saya dengarkan dan apa pun yang ingin saya dengarkan."

Podcast Adalah Masa Depan

Reem Hameed, seorang Kanada yang mengambil bagian dalam Pertunjukan Dukkan, ia mengatakan tentang podcast "Akan bertahan di dunia Arab".

"Di dunia Arab, kami memiliki tradisi radio yang luar biasa. Jika Anda berpikir tentang seberapa dalam radio dan sejarahnya jatuh ke dunia Arab, podcasting adalah perpanjangan digital alami dari itu," kata Hameed, 36, yang berasal dari Irak .

Podcast telah menyebar di wilayah Arab, termasuk Arab Saudi, Oman, Kuwait, Yordania, dan Lebanon.

Di Yordania, “platform Sowt” atau "suara" telah mengudarakan  sejumlah podcast yang menyentuh subjek mulai dari politik hingga music, sejak diluncurkan pada tahun 2017.
Hebah Fisher, kepala eksekutif dan salah satu pendiri jaringan berbasis di Dubai Kerning Cultures, perusahaan podcast pertama yang didanai ventura di Timur Tengah, mengatakan bahwa podcast adalah masa depan.

"Sumber putaran kami adalah sinyal kuat untuk industri podcast di Timur Tengah. Media ini ditanggapi dengan serius, dan nilainya bagi pendengar dan pengguna jelas," katanya kepada AFP dalam pernyataan emailnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: