Indonesia yang memiliki wilayah geografis dan penduduk yang besar di Asia Tenggara memang menjadi pasar yang menggiur bagi para pelaku usaha baik dalam dan luar negeri. Sehingga wajar bila serbuan produk-produk asing di sejumlah lini bisnis dan industri begitu membanjiri pasar Indonesia. Bahkan produk-produk kerajinan logam dan senjata tajam pun tak luput dari serbuan produk China.
Hal ini seperti yang diutarakan H Enjon Hasanudin, perajin golok sekaligus pemilik toko PD Siliwangi di daerah Cibatu, Sukabumi, Jawa Barat, akhir pekan lalu. Adapun PD Siliwangi merupakan toko yang menjual berbagai kerajinan logam seperti golok, pedang, samurai, borgol, pisau, dan lain-lain.
Menurutnya, serbuan produk-produk China membuat persaingan di bisnis kerajinan logam makin panas dan ketat. "Kalau kualitas kita mengimbangi, bahkan bisa lebih. Tapi tergantung harga. Tapi memang serbuannya sudah luar biasa," jelas dia.
Dia mengatakan, harga produk kerajinan buatan China memang lebih murah. Ini yang menjadi tantangan tersendiri bagi Enjon dan perajin lainnya dari Desa Cibatu. Harga pisau sangkur produk China, kata dia, bisa dijual dengan harga Rp50.000-Rp70.000. Sementara untuk produk sangkur yang sama dan merupakan produk lokal bisa mencapai harga Rp100.000.
"Tapi tergantung jumlah pesanan juga. Kalau makin banyak, makin murah," tutur dia.
Beruntung, kini Enjon menjadi salah satu mitra binaan PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Dengan menjadi mitra binaan dan memanfaatkan BNI Kredit Usaha Rakyat (KUR), Enjon optimis dapat bersaing menghadapi serbuan produk asinh dan meningkatkan produksi kerajinannya, sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen.
Seperti diketahui BNI KUR adalah fasilitas kredit hingga maksimal Rp 500 juta yang bisa digunakan sebagai tambahan modal usaha produktif dalam bentuk Kredit Modal Kerja (dengan jangka waktu pengembalian hingga 3 tahun), maupun sebagai Kredit Investasi (5 tahun).
Baca Juga: Perluas Akses Modal UMKM, Pemerintah Kembali Turunkan Suku Bunga KUR
Enjon menjelaskan, pada awalnya ia mengajukan kredit Rp 50 juta per tahun. Karena usahanya berkembang seiring permintaan pasar yang terus meningkat, kredit usaha yang diajukannya pun terus naik hingga saat ini sudah menjadi Rp 200 juta per tahun.
"Sudah empat tahun saya jadi mitra BNI. Sangat terbantu, terutama produksi meningkat sekitar 30% lah setelah jadi mitra. Omzet juga meningkat," tuturnya. Modal dari BNI, jelas dia, digunakan untuk berbagai keperluan produksi dan memenuhi stok barang.
Sementara itu, Vice President bidang Bisnis BNI Kantor Cabang Sukabumi Salahuddin mengatakan, selain PD Siliwangi, BNI telah membantu beberapa perajin logam di daerah Cibatu.
“Paling kecil kami memberikan kredit kemitraan Rp 10 juta tanpa jaminan. Paling besar untuk kredit ini Rp 500 juta. Tapi ada juga jenis kredit lain BNI Wirausaha sebesar Rp 1 miliar dan sudah ada yang mengambil juga,” ujarnya.
Terkait usahanya ini, Enjon memaparkan dahulu usaha kerajinan logam semuanya dikerjakan secara tradisional. Tak heran jika dalam seminggu, bengkelnya dulu hanya bisa menghasilkan 10 item saja. Produksinya pun tak banyak variasi, berupa golok, sangkur dan beberapa alat pertanian.
Namun zaman berubah, para perajin logam dan senjata tajam Cibatu pun bertransformasi. Gaya produksi tradisional harus ditinggalkan. Bengkel-bengkel perajin Cibatu kini tak ragu mengadopsi peralatan produksi yang modern. Di bengkel Enjon misalnya, mengukir pola di bilah pisau kini sudah menggunakan laser.
"Produksi juga sekarang kita bisa ratusan item per minggu. Produksi juga macam-macam, ada yang massal ada yang pesanan khusus," papar Enjon.
Bersama 25 karyawannya, kini tak hanya menempa golok Cibatu yang terkenal itu. Mereka juga memproduksi secara massal sangkur, pedang upacara, beragam pisau, peralatan pertanian, hingga borgol.
Kliennya pun makin beragam. Sedangkan pemasaran meluas ke seluruh Jawa, Sumatera, Kalimantan bahkan merambah Malaysia. Mengikuti zaman, kata Enjon, pandai besi Cibatu kini juga eksis memasarkan produksinya di media sosial. "Padahal dulu kita jualan hanya door to door," kenangnya sambil tersenyum.
Enjon mengatakan, kendati produk makin beragam, kualitas perajin Cibatu tetap nomor satu. Untuk harga pun mereka bersaing, mulai dari kisaran Rp20.000-35.000-an untuk pisau dapur/sangkur hingga ratusan ribu bahkan jutaan untuk produk pesanan khusus seperti pisau komando, golok atau pedang samurai.
"Sebulan omset kita rata-rata Rp50 juta," tutup Enjon.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman