Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bandara Soetta Jadi Merek Paling Mahal di Indonesia, Segini Nilai Valuasinya

Bandara Soetta Jadi Merek Paling Mahal di Indonesia, Segini Nilai Valuasinya Bandarudara Internasional Soekarno - Hatta | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) yang merupakan bandar udara kelolaan PT Angkasa Pura II (Persero) menjadi salah satu merek paling mahal di Indonesia.

Berdasarkan kajian konsultan independen asal Inggris, Brand Finance, yang bekerja sama dengan majalah SWA, valuasi merek (brand value) dari Bandara Soetta mencapai US$72 juta. Dengan brand value itu, Bandara Soetta bercokol di posisi 71 dari daftar Top 100 Indonesia Most Valuable Brands 2019.

Pencapaian ini merupakan yang pertama kali menjadikan Bandara Soetta sebagai pendatang baru di dalam daftar tersebut. Bahkan, Bandara Soetta menjadi satu-satunya bandara yang mampu menjadi merek paling mahal.

Metodologi yang digunakan oleh Brand Finance dalam menentukan brand value mencakup sejumlah proses, yakni menghitung brand strength index (BSI), brand royalty rate, dan brand revenues hingga akhirnya didapat brand value dari suatu merek.

Baca Juga: Halal Park Hadir di Bandara Soetta, AP II Gelontorkan Rp50 M untuk Pengembangan

Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin mengatakan, kesuksesan Bandara Soetta berada di dalam jajaran merek paling mahal untuk pertama kalinya merupakan hasil dari transformasi yang tengah dijalankan perusahaan.

Transformasi tersebut berujung pada meningkatnya pelayanan ke standar tertinggi dan berdampak pada terbentuknya loyalitas pelanggan serta meningkatnya pendapatan. 

"Ada tiga transformasi yang sedang kami lakukan, yaitu business & portfolio transformation, infrastructure & operation system transformation, dan human capital transformation. Transformasi tersebut untuk mencapai tujuan yakni menjadikan Bandara Soetta sebagai the best smart connected airport in the region," jelas Awaluddin, Kamis (13/6/2019).

"AP II juga melakukan pembangunan masif di Bandara Soetta seperti terminal, runway, dan stasiun kereta di mana hal ini termasuk dalam hard infrastructure. Di sisi lain, kami mengimbangi pembangunan itu dengan mengembangkan soft infrastructure yakni ekosistem digital," tambahnya

Perpaduan antara pengembangan hard infrastructure dan soft infrastructure mampu membuat Bandara Soetta mempertahankan standar tinggi dalam melayani 60-70 juta penumpang pesawat per tahun. 

"Digitalisasi di Bandara Soetta sangat penting karena Soetta tidak bisa dikelola dengan cara-cara tradisional lagi. Lewat digitalisasi kami mampu melayani 60-70 juta penumpang meskipun kapasitas terminal baru sekitar 50 juta penumpang," papar Awaluddin.

Bandara Soetta saat ini beroperasi dengan tiga terminal, yakni Terminal 1, Terminal 2, dan Terminal 3. Titik balik Bandara Soetta tentu saja adalah beroperasinya Terminal 3 pada 2016. Terminal berkapasitas 25 juta penumpang per tahun itu mampu membantu Terminal 1 dan 2 mengurai kepadatan lalu lintas penumpang.

Sekarang, Terminal 3 bahkan menjadi referensi di Indonesia bagaimana seharusnya terminal penumpang pesawat beroperasi secara efektif dan efisien dengan standar pelayanan tinggi.

Baca Juga: Pasar LCC di Bandara Soetta Makin Bergairah, Bos AP II Mau Tambah Fasilitas

Bandara Soetta sejak 2017 telah dilengkapi dengan skytrain sebagai moda transportasi antarterminal, berbeda jauh dibandingkan dengan sebelumnya hanya mengandalkan shuttle bus.

Lebih lanjut, kereta bandara juga mulai melayani para pelancong sejak awal 2018 dengan rute dari Stasiun Bekasi, BNI City, Duri, Batu Ceper ke Bandara Soetta. Dalam waktu dekat, kereta bandara akan melayani Stasiun Manggarai.

Berbagai infrastruktur pelayanan digital juga bisa dinikmati di Bandara Soetta, mulai dari WiFi berkecepatan tinggi (wi-shock), iMATE Lounge (i-Millennial Airport Travel Experience Lounge), tempat bermain e-sport hingga personel yang dilengkapi dengan gadget (Digital Officer with Digital Device).

Pengembangan digital pun mencakup dirilisnya aplikasi untuk iOS dan Android guna memudahkan pelancong mendapatkan pelayanan sebelum, saat, dan sesudah penerbangan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: