Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Ketut Kariyasa menegaskan bahwa dengan anggaran yang minim, program kerja di Kementerian Pertanian (Kementan) tetap berjalan dengan baik, bahkan mencapai level tinggi hingga melebihi target yang ditetapkan nasional.
"Terobosan yang dilakukan dalam pengelolaan anggaran selama empat tahun terakhir sangat berdampak luas terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan petani," ujar Kariyasa, Kamis (20/6/2019).
Seperti diketahui bersama, pada 2014 lalu jumlah anggaran yang dialokasikan untuk Kementan sebesar Rp32,72 triliun. Namun, pada tahun berikutnya nilainya terus menurun. Di 2018 misalnya, anggaran yang dialokasikan hanya sebesar Rp21,71 trilun atau turun 33,65%.
"Walaupun anggarannya turun, tapi sebaliknya dalam empat tahun terakhir produksi dan PDB sektor pertanian terus tumbuh positif," katanya.
Baca Juga: Pertanian Dongkrak Neraca Perdagangan Indonesia
Kariyasa menjelaskan, PDB sektor pertanian di 2014 jumlahnya mencapai Rp880 triliun. Kemudian di tahun berikutnya angkanya meningkat menjadi Rp1.005 triliun atau tumbuh sebesar 3,7%. Dengan demikian, angka di atas merupakan capaian yang melebihi target 3,5%.
"Dengan memperhatikan rasio antara PDB dan jumlah anggaran yang dialokasikan tersebut, tampak dengan jelas bahwa ada lonjakan efektivitas yang luar biasa dalam penggunaan anggaran pada sektor pertanian," katanya.
Efektivitas penggunaan anggaran yang dimaksud Kariyasa adalah sektor pertanian selama 2014-2018 mencapai 72,11% atau meningkat rata-rata 14,71% per tahun, di mana nilai pada tahun tersebut hanya 29,91 atau 46,31% untuk 2018.
"Maka, tidak berlebihan pertama dalam sejarah, kami mendapat opini WTP dari BPK tiga tahun berturut-turut (2016, 2017, dan 2018) dan juga penghargaan antigratifikasi terbaik dari KPK dua tahun berturut-turut (2017 dan 2018)," katanya.
Menurut Kariyasa, pengelolaan yang dilakukan Kementan selama ini adalah memangkas habis-habisan semua anggaran yang dinilai tidak penting, dan menggunakannya untuk pemenuhan dan kebutuhan para petani di seluruh daerah.
"Jadi, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan petani terus ditingkatkan, namun sebaliknya anggaran untuk kegiatan yang tidak penting dipangkas. Ini bisa dilihat bahwa hampir 85% dari anggaran yang dialokasin digunakan untuk bibit, benih, alsintan, dan yang lainya. Sementara sisanya 3% untuk belanja operasional saja," katanya.
Kariyasa mengatakan, terobosan dan pengelolaan anggaran ini berdampak pada meningkatnya ekspor produk pertanian selama empat tahun terakhir yang mencapai 26,9%.
Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan pengelolaan anggaran 2014, di mana belanja operasional saat itu mencapai 48%. Sedangkan anggaran untuk petani hanya diberi kuota 35%.
Baca Juga: Dapat Jatah Rp20,53 Triliun, Mentan Minta Tambahan Anggaran Segini
"Kemudian pasokan pangan dalam negeri juga mampu menurunkan inflasi bahan pangan secara konsisten sehingga baru pertama kali dalam sejarah inflasi pangan pada 2018 turun menjadi 1,26%, yang sebelumnya masih bertengger pada angka 10,57%," katanya.
Di sisi lain, Kariyasa berpendapat bahwa Kementan juga berkontribusi besar dalam menurunkan angka penduduk miskin di perdesaan hingga 13,20% dari angka sebelumnya 14,32%.
"Kementan terus berupaya untuk meningkatkan efektivitas penggunaan anggaran ke depan, serta terus melakukan terobosan dalam meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti