Harapan Google menyediakan layanan jaringan lewat proyek balon internet (Loon) mereka nampaknya semakin berat, menyusul keraguan beberapa konsumen potensial akan kan viabilitas teknologi tersebut.
Dalam beberapa minggu ke depan, Google rencananya akan mengujicoba layanan Loon secara komersial untuk pertama kalinya di Kenya. Uji coba tersebut akan dilakukan bersama Telkom Kenya, operator seluler terbesar ketiga di Kenya.
Layanan ini memungkinkan penduduk desa di pegunungan membeli layanan 4G sesuai harga pasar untuk periode yang tidak ditentukan. Otoritas penerbangan di Kenya mengatakan mereka akan memberikan persetujuan final bulan ini.
Baca Juga: Google Luncurkan Fitur Deteksi Kepadatan Transportasi Umum
Alastair Westgarth, kepala eksekutif Loon, anak perusahaan Alphabet yang resmi dibentuk pada Juli lalu, menyatakan ia yakin dengan strategi perusahaan. Menurutnya ada beberapa orgnaisasi tambahan yang dalam waktu dekat akan melakukan penandatanganan kontrak dengan Loon, katanya. Tenaga kerja perusahaan telah naik tiga kali lipat menjadi lebih dari 200 karyawan pada tahun 2018 lalu.
Loon juga menarik dana dari luar. Sebuah anak perusahaan telekomunikasi Jepang, SoftBank Corp ( 9434.T) yang telah mengembangkan drone internet, menginvestasikan US$125 juta sebagai bagian dari kemitraan dengan Loon tahun ini. Suntikan dana ini juga akan memperluas cakupan layanan Loon ke sektor lain, seperti melayani pertanian dan sumur minyak lepas pantai.
"Dengan perkembangan dari sisi tekni yang positif selama bertahun-tahun, di antaranya kami sudah lebih dari 35 juta kilometer terbang, dan ratusan ribu orang terhubung, kami memiliki awal yang baik dan berada dalam posisi yang baik untuk menghubungkan banyak orang dan memanfaatkan peluang yang ada," kata Westgarth belum lama ini.
Baca Juga: Perang Hacker: Intelijen Barat Meretas Yandex 'Google Rusia'
Menilik Peluang di Indonesia
Pada 2015, Loon mengundang pejabat dari Indonesia ke kantor pusat Google untuk mengumumkan uji coba di negara terpadat keempat di dunia tersebut. 268 juta penduduknya tersebar di ribuan pulau.
Pemerintahan melihat bahwa Loon dilengkapi dengan kamera pengintai, yang disanggah perusahaan. Pihak berwenang Indonesia pada tahun 2016 lalu memeriksa Google terkait dugaan penggelapan pajak, akhirnya menyetujui pembayaran pajak dengan nilai yang tidak diungkapkan.
Impresi buruk sudah terjadi. Staf Loon tahun itu membatalkan perjalanan ke Indonesia karena kekhawatiran tentang meningkatnya sentimen anti-Google.
"Untuk melobi, Anda harus berada di sana untuk membungkuk dan menghormati," kata salah satu petinggi Loon kepada Reuters.
Baca Juga: Depak Apple dan Google, Amazon Berhasil Jadi Brand Paling Berharga di Dunia
Loon mengatakan pihaknya sering mengadakan pembicaraan dengan pihak berwenang Indonesia dan bulan lalu mereka mendapatkan pertanda baik terkait izin awal, karena Kementerian Pertahanan dan Keamanan Indonesia masih harus melakukan inspeksi keamanan, termasuk memeriksa kamera, kata seorang pejabat Indonesia kepada Reuters.
Sementara itu, Telkom Indonesia, operator terbesar di negara ini, memfokuskan pada satelit untuk memperluas cakupan.
Operator telekomunikasi berbasis di Madrid, Telefonica ( TEF.MC ), yang menolak berkomentar tetapi telah mengadakan pembicaraan kesepakatan dengan Loon selama bertahun-tahun, telah menguji coba alternatif dari Loon seperti mengandalkan tenaga surya untuk mengurangi biaya menara terpencil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yosi Winosa
Editor: Kumairoh
Tag Terkait: