Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Prudential: Pasar Asuransi Syariah Indonesia Masih Blue Ocean

Prudential: Pasar Asuransi Syariah Indonesia Masih Blue Ocean Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia (228 juta penduduk atau 87% dari total 263 juta penduduk), Indonesia menjanjikan pasar yang sangat potensial bagi layanan asuransi syariah, misalnya wakaf manfaat asuransi. Apalagi Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk paling dermawan sedunia.

Survei World Giving Index 2018 yang dilakukan oleh lembaga amal Inggris, Charities Aid Foundation (CAF), menyatakan 78% penduduk Indonesia senang melakukan donasi dalam bentuk uang. Badan Wakaf Indonesia menaksir potensi wakaf tunai di Indonesia mencapai Rp180 triliun per tahun.

Program Wakaf Prudential

Sharia, Government Relations, and Community Investment Director PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia), Nini Sumohandoyo mengatakan program wakaf Prudential yang diluncurkan awal tahun ini memiliki tujuan utama untuk memfasilitasi niat baik masyarakat untuk berwakaf.

"Program wakaf ini diluncurkan oleh Unit Usaha Syariah (UUS) yang pada 2018 lalu menyumbang 25% dari total pendapatan premi/kontribusi Prudential secara keseluruhan," katanya kepada Warta Ekonomi, belum lama ini.

Persiapan untuk menyiapkan program wakaf dilakukan secara matang. Meski UUS Prudential Indonesia telah berdiri sejak 2007, namun regulasi berupa Fatwa MUI terkait wakaf dalam bentuk santunan asuransi baru dikenalkan tiga tahun lalu, sekitar 2016. Sejak itu, Prudential mulai melakukan berbagai persiapan dan studi untuk meluncurkan program wakaf dan perusahaan juga gencar memperbesar bisnis syariah, dari yang semula menggunakan product approach ke arah business approach.

Survei internal dan berbagai focus group discussion (FGD) termasuk dengan komunitas syariah dan regulator seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), dan OJK dilakukan demi menggali insight dari pasar.

Baca Juga: Prudential Luncurkan Asuransi untuk Pelaku UMKM

"Jadi secara periodik kami adakan survei internal terhadap masyarakat luas. Kami tanya, dalam dua tahun ke depan, adakah rencana Anda membeli asuransi? 60% menjawab ya. Dari situ, 40% di antaranya mengaku akan memilih produk syariah. Nah, sisanya ini bukan berarti tidak berminat tapi lebih karena kurang literasi saja. Oleh sebab itu, kita perlu membuat inovasi yang relevan untuk meningkatkan minat masyarakat, salah satunya program wakaf manfaat asuransi," kata dia.

Sebagai negara dengan penduduk paling dermawan di dunia, hadirnya program wakaf Prudential diharapkan dapat membantu masyarakat yang suka mendermakan hartanya agar lebih tepat sasaran lewat wakaf yang tidak ribet. Nasabah hanya perlu mengisi formulir besaran wakafnya dan akan disalurkan melalui Nazhir yang telah bekerja sama dengan Prudential, tanpa ada proses dan biaya tambahan lainnya.

"Prosesnya sama sekali tidak ribet. Kalau Anda mau wakaf satu miliar misalnya, tidak perlu bayar sekarang sekaligus. Dengan wakaf manfaat asuransi, nasabah dapat membayar semampunya (dengan membayar kontribusi/premi asuransi). Apabila terjadi risiko, kalau ada apa-apa dengan Anda, maka satu miliarnya (dalam bentuk santunan asuransi) akan disalurkan untuk menunaikan niat baik berwakaf. Jadi bener-bener praktis, gak pusing, gak bingung," kata dia.

Dengan wakaf manfaat asuransi maka setiap orang dapat merencanakan wakaf mulai dari sekarang, dengan lebih terjangkau dan tetap memproteksi diri dan keluarga.

Baca Juga: Prudential Luncurkan Dua Produk Asuransi Tambahan

Program wakaf manfaat asuransi sendiri artinya nasabah bisa bergabung setelah memiliki produk asuransi syariah terlebih dahulu, jadi bukan sebagai produk terpisah melainkan sebuah program. Ini menegaskan Prudential sebagai perusahaan asuransi jiwa senantiasa menomorsatukan proteksi diri/ keluarga namun tentunya tetap bisa memfasilitasi niat ibadah wakaf para peserta asuransi.

Literasi Nasabah Secara Masif

Meski menjanjikan potensi yang besar, lantaran pemerintah maupun komunitas syariah juga sudah senafas dengan para pelaku industri dan semuanya menuju ke arah yang benar, edukasi pasar masih menjadi tantangan utama. Menilik survei nasional literasi dan inklusi keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2016 lalu, tingkat literasi keuangan syariah hanya 2,51%, sedangkan tingkat inklusi keuangan syariah hanya 1,92%.

"Tantangan utama yang saya hadapi, sosialisasi dan edukasi bagaimana meningkatkan awareness masyarakat, termasuk juga dari internal perusahaan dan saya sendiri. Kita bersama pemangku kepentingn lain perlu mengubah persepsi orang terhadap produk syariah. Jadi, pekerjaan pertama kami adalah menyadarkan masyarakat bahwa syariah adalah bisnis yang juga punya benefit atau manfaat untuk semua orang, makanya tagline kami adalah Syariah for all," tambah Nini.

Kunci utama untuk menumbuhkan bisnis syariah adalah melalui edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai produk-produk asuransi jiwa syariah. Untuk itu, Prudential berkomitmen untuk membangun pikiran masyarakat yang lebih terbuka demi memajukan perekonomian syariah Indonesia, sesuai visi Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai global hub ekonomi syariah serta produk dan layanan syariah dalam 5-10 tahun ke depan. 

Pembekalan dan sosialisasi keagenan juga terus dilakukan tanpa henti. Dari total 250.000 agen Prudential yang telah mendapatkan lisensi dari AAJI, 80.000 lebih agen di antaranya juga sudah mendapatkan lisensi dari AASI.

Baca Juga: Prudential Tuntaskan Pembangunan 30 Rumah di Bantul

Terkait wakaf manfaat asuransi, saat diluncurkan beberapa waktu lalu, Program Wakaf Prudential mendapatkan rekor MURI atas capaiannya melakukan sosialisasi wakaf asuransi kepada lebih dari 9.000 agen dan masyarakat dalam waktu singkat. Sampai hari ini ada lebih dari 11.000 agen yang sudah bersertifikasi program wakaf. Selain mendapat persepsi positif terkait agen yang dinilai memiliki nilai profesionalisme positif, brand Prudential sendiri sudah dipercaya masyarakat Indonesia, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas termasuk kesehatan rasio keuangan dan sebagainya.

"Dari survei yang kami lakukan, level of awareness terhadap syariah mulai meningkat dan mendekati yang konvensional meski masih tergolong baru. Jadi ada dua nilai plus, brand dan tenaga pemasar kami. Ini modal untuk melakukan edukasi ke masyarakat secara lebih masif," kata Nini.

Nini percaya tidak hanya persepsi penduduk muslim Indonesia saja yang akan membaik terhadap produk syariah, melainkan seluruh penduduk Indonesia termasuk nonmuslim. 

Bagi sebagian besar kaum muslim millennial, menggunakan produk halal kini lebih dari sekadar sebuah kewajiban agama, melainkan sudah menjadi sebuah bagian dari gaya hidup (halal lifestyle). Apalagi, gaya hidup tersebut turut dipopulerkan oleh kalangan influencer.

Sebagaimana produk halal F&B yang mulai diterima luas di Eropa karena justru persepsi orang non muslim disana yang melihat produk tersebut lebih sehat dari sisi bahan-bahan mentahnya, lebih bersih, dan sebagainya. Lalu juga karena mereka sama-sama mengakui adanya instrumen etik, sama seperti produk halal yang memastikan seluruh instrumennya ditempatkan ke tempat yang halal-compliant.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Irfan Mualim

Bagikan Artikel: