Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gaya Indonesia, Banyak Bicara Kurang Bekerja, JK Sindir Siapa?

Gaya Indonesia, Banyak Bicara Kurang Bekerja, JK Sindir Siapa? Kredit Foto: Muhamad Ihsan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebut Indonesia selalu ketinggalan dari negara-negara lain. Pasalnya, di saat pemerintah baru menggodok peta menuju revolusi industri 4.0, negara lain sudah beranjak dari tahap revolusi industri.

Ia mencontohkan seperti Jepang, ia mengatakan Jepang sudah memperkenalkan visi Super Smart Society 5.0 pada Januari 2019. Katanya, inti dari visi ini adalah menggencarkan digitalisasi bukan hanya di sektor industri, tetapi juga memasuki segala aspek kehidupan manusia. 

Ia pun mengakui indonesia lamban dalam mewujudkan "Making Indonesia 4.0".  "Ini gaya Indonesia, kita banyak bicara tapi kurang bekerja. Begitu kan? Saya sebenarnya sudah jenuh bicara tentang 4.0 ini," ungkapnya agenda Business Talk With Jusuf Kalla dengan tema "Making Indonesia 4.0 VS Super Smart Society 5.0" di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Baca Juga: Jadi Wapres, Kiai Ma'ruf Sudah Siap Pakai Celana?

Lanjutnya, ia mengatakan begitu banyak seminar, diskusi, dan karya tulis tentang Making Indonesia 4.0, namun tidak banyak berguna.

"Saya tidak ingin bicara banyak, pasti kalian sudah paham semuanya," tuturnya. 

Terlebih, tentang Super Smart Society 5.0, visi itu kurang relevan jika dibandingkan Revolusi Industri 4.0. Society 5.0 menerapkan manusia berbasis teknologi yang dapat meminimalisir pekerjaan manusia. 

"Dalam konferensi di Jepang dua tahun yang lalu, saya diminta bicara tentang ini, otomatisasi. Saya bilang kalau Anda semua otomatis dari robot, and lalu siapa yang berpendapatan, siapa yang bekerja?" ungkapnya.

Tambahnya, jika tidak manusia memiliki pekerjaan maka tidak akan ada penghasilan yang berpengaruh pada keberlangsungan hidup manusia. Society 5.0 yang diperkenalkan Jepang belum tentu bisa diterapkan semua negara. 

"Karena orang tetap ingin juga makan sayur, pasti ada tetap ada yang menanam sayur, tidak bisa robot," tuturnya. 

Baca Juga: Lippo Cikarang Perkuat Hubungan Jepang-Indonesia

Menurutnya, visi Society 5.0 muncul di Jepang karena penduduk negara itu didominasi kaum lanjut usia.  "Jadi pasti dia (Jepang) cari robot," terangnya. 

Ia pun tetap meminta rakyat Indonesia bangga dan fokus pada Making Indonesia 4.0, di mana revolusi ini memaksimalkan teknologi dalam industri. 

"Memaksimalkan teknologi dalam industri, termasuk robotic automation," ujarnya. 

Ia kembali menyarankan agar bangsa Indonesia mengurangi kebiasaan buruk terlalu banyak bicara sedikit bekerja, agar revolusi industri 4.0 benar-benar terwujud menyeluruh. 

"Semuanya sudah hafal tentang itu, tapi hanya dalam pembicaraan, tidak hafal dalam pelaksanaan. Jadi, kurang-kurangilah diskusi ya," tutupnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: