Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Eagle High Plantation Yakin Harga CPO Bakal Moncer Lagi

Eagle High Plantation Yakin Harga CPO Bakal Moncer Lagi Pekerja merontokkan buah kelapa sawit dari tandannya di Desa Sido Mulyo, Aceh Utara, Aceh, Kamis (26/10). Para pekerja manyoritas kaum perempuan mengaku, dalam sehari mereka mampu memisahkan dan merontokkan biji kelapa sawit sebanyak 250 kilogram dengan upah Rp200 per kilogram atau menerima upah Rp.50 ribu perhari. | Kredit Foto: Antara/Rahmad
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) menilai, peningkatan konsumsi minyak nabati di Asia dan Afrika saat pemberlakuan moratorium lahan kelapa sawit diyakini akan mendorong kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO).

 

Direktur BWPT, Henderi Djunaidi mengatakan bahwa pola penurunan harga CPO hanya bersifat temporer, lantaran industri komoditas masuk ke dalam kategori bisnis jangka panjang yang tentunya mengalami fluktuasi harga.

 

"Sebenarnya basis bisnis kami ini komoditas yang sifatnya long-term, sehingga menjadi hal yang biasa jika terjadi volatile di tengah perjalanan. Tetapi kalau ditarik garis lurus jangka panjang, tren harga CPO terus mengalami kenaikan," ujar Henderi, di Jakarta, Jumat (26/7/2019). 

 

Baca Juga: BWPT Catat Laba Bersih Naik 102%

 

Ia menuturkan bila pertumbuhan jumlah populasi dan peningkatan konsumsi CPO di benua Asia dan Afrika diyakini akan mendorong kenaikan harga. "Terlebih lagi, kebijakan pemerintah yang melakukan moratorium sudah efektif, sehingga supply akan terbatas," ucapnya.

 

Lebih lanjut Henderi menyebutkan, rencana implementasi B20 menjadi B30 juga menjadi aspek tambahan yang akan meningkatkan harga CPO. "Makanya, kami ada rencana membangun dua pabrik di Kalimantan Timur. Sekarang sedang mengurus perizinan," imbuhnya.

 

Baca Juga: Eagle High Plantations Menyediakan Pembiayaan untuk Konservasi di Kalimantan Tengah

 

Dalam kesmepatan yang sama, Direktur BWPT, Gelora Sinuraya menyatakan, saat ini perseroan memiliki lahan seluar 140 ribu hektar dan tidak ada rencana manambah luasan lahan. "Adanya moratorium, maka fokus kami saat ini adalah mengelola tanaman yang ada. Kami harus bisa bertahan hidup dengan memaksimalkan produksi," kata Gelora. 

 

Selain itu, lanjut dia, BWPT juga konsentrasi mengelola keuangan dan operasional perkebunan secara efektif dan efisien serta mengoptimalkan sumber daya manusia yang berorientasi pada peningkatan produktivitas. "Tanaman sawit kami masih muda, sedangkan perusahaan lain memiliki pohon yang berusia mencapai 18 tahun," imbuhnya.

 

Baca Juga: Operasikan PKS Baru di Papua, Eagle High Efisien Kelola Hasil Panen

 

Sebagaimana diketahui, pada Kuartal I-2019, produksi tandan buah segar (TBS), CPO dan pabrik kelapa sawit (PK) masing-masing meningkat 40 persen (year-on-year), 33 persen dan 25 persen menjadi 359,966 ton, 74,718 ton dan 11,431 ton.

 

Sedangkan, pendapatan BWPT pada Kuartal I-2019 tercatat senilai Rp637,99 miliar atau meningkat 1 persen (yoy), seiring dengan penurunan harga yang cukup tajam, sehingga perseroan masih membukukan rugi bersih sebesar Rp262 miliar.

 

 

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: