Pesawat ruang angkasa India membawa reflektor pertama yang ditinggalkan di bulan sejak era Apollo. Reflektor ini merupakan bagian dari misi Chandrayaan-2 dari Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) pada Senin (22/7/2019) lalu.
Lima puluh tahun lalu, para astronaut dalam misi Apollo 11 meninggalkan percobaan Lunar Laser Ranging di bulan. Eksperimen itu berisi nampan 100 prisma kecil yang akan ditembak oleh para ilmuwan di Bumi dengan sinar laser.
Kemudian, para astronaut di misi Apollo 14 dan 15 mengikutinya, meninggalkan lebih banyak prisma ini, yang dikenal sebagai reflektor, di bulan. Hebatnya, beberapa dekade kemudian, reflektor ini tetap merupakan eksperimen aktif.
ISRO meluncurkan reflektor reflektor kecil baru ke kutub selatan bulan di kapal pendarat Vikram Chandrayaan-2. Beratnya hanya 1 ons (sekitar 22 gram) dan dapat dilihat dari orbit bulan.
"Reflektor kecil ini dapat dilihat dari orbit bulan, tetapi tidak dari bumi," ujar Simone Dell’Agnello, seorang ketua eksekutif teknologi di Institut Nasional untuk Fisika Nuklir - Frascati National Labs di Italia kepada Space.com.
Reflektor baru adalah "perangkat 'mikroreflektor', mirip dengan yang dikirimkan oleh INFN melalui Badan Antariksa Italia (ASI) ke NASA-JPL. Ini digunakan pada pendaratan InSight Mars dan akan digunakan dalam rover Mars 2020, serta rover ExoMars 2020.
Dell'Agnello memimpin tim peneliti pada mikroreflektor Vikram dan merupakan peneliti bersama yang bekerja pada Reflektor Lunar Generasi Berikutnya (NGLR) berikutnya untuk program Artemis NASA. Ia mengatakan bahwa retoflektor generasi berikutnya akan jauh lebih ringan dan padat.
"Retorflektor generasi berikutnya akan jauh lebih padat dan ringan daripada array ukuran meter Apollo yang digunakan oleh astronot Apollo 11, 14 dan 15," tambah Dell'Agnello.
Sementara itu, Doug Currie seorang ilmuwan, peneliti senior, dan profesor di University of Maryland, yang merupakan anggota kunci tim perancang reflektor Apollo asli mengatakan bahwa mikroreflektor Virkam tidak akan diamati oleh stasiun laser bulan di bumi. Sebaliknya, laser yang ditembakkan dari satelit akan memantul dari reflektor kecil ini, untuk memberi tahu para ilmuwan jarak antara satelit dan mikroreflektor pada permukaan bulan.
Dengan menembakkan laser ke reflektor yang ada di bulan, para ilmuwan di bumi mengamati waktu yang dibutuhkan laser untuk kembali dan kemudian dapat mempelajari jarak antara bulan dan bumi. Hal ini tentunya membantu para ilmuwan mengukur dan menganalisis orbit, rotasi, orientasi, dan hubungan bulan dengan bumi secara menyeluruh.
Sejauh ini, percobaan reflektor laser yang ditinggalkan astronaut Apollo di bulan tidak hanya meningkatkan pemahaman para ilmuwan tentang bagaimana bulan bergerak dan seberapa jauh kita dari itu, tetapi juga membantu memberikan bukti bahwa bulan memiliki inti cair. Meski ekperimen selama puluhan tahun terus berlangsung dan memberi ilmuwan data yang akurat, namun reflektor kali ini tentunya akan mendapat peningkatan lebih pesat.
Reflektor akan membantu para ilmuwan untuk menyelidiki bidang ilmu pengetahuan lainnya juga. Sebagai contoh, para ilmuwan akan menggunakan reflektor untuk melakukan tes baru mengenai relativitas umum dan teori terkait, yang dapat membantu untuk mengungkapkan lebih banyak tentang materi gelap, hal-hal misterius yang membentuk hampir 27 persen dari alam semesta.
Dell’Agenleo juga mengatakan bahwa laser retoreflektor dapat membantu penelitian tentang geodesi, kartografi bulan, eksplorasi, ISRU dan berbagai bentuk perdagangan bulan dan Mars yang tentunya diperlukan di masa depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: