Bikin Pening! Ternyata Ini yang Dimaksud Ilmuwan Soal Inti Bumi Berputar Berlawanan Arah
Inti Bumi mungkin telah berhenti berputar, atau bahkan sekarang berputar mundur, menurut sebuah studi baru.
Inti planet kita terdiri dari lapisan luar logam cair, dan inti dalam dari logam padat yang berukuran sekitar 70 persen ukuran Bulan.
Baca Juga: Terkuak, Begini Strategi Luar Biasa China buat Dominasi Luar Angkasa di 2023
Secara umum diyakini bahwa inti berputar berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari Kutub Utara, seperti bagian planet Bumi lainnya.
Tetapi sebuah studi yang menganalisis data gelombang seismik selama 60 tahun terakhir oleh para peneliti di Universitas Peking di China menyimpulkan bahwa rotasi inti berhenti sekitar tahun 2009, dan kemudian dimulai kembali ke arah yang berlawanan.
"Kami pikir intinya, relatif terhadap permukaan Bumi, berputar ke satu arah dan kemudian ke arah lain, seperti ayunan," kata Xiaodong Song dan Yi Yang, penulis studi tersebut, kepada AFP.
Siklus lengkap (dalam satu arah dan kemudian yang lain) dari ayunan ini adalah sekitar 70 tahun, tambah mereka.
Menurut para peneliti, perubahan rotasi terakhir sebelum 2009 akan terjadi pada awal 1970-an, dan rotasi berikutnya akan terjadi pada pertengahan 2040-an.
Temuan kontroversial
Masih banyak perdebatan tentang sifat inti Bumi, karena sangat sulit mengumpulkan informasi tentangnya.
Ujung inti luar bertemu dengan mantel bumi pada kedalaman sekitar 2.890 km, dan inti luar ini diyakini terbuat dari besi cair dan nikel.
Inti dalam dimulai sekitar 5.000 km di bawah permukaan planet, dan diperkirakan terbuat dari besi dan nikel padat, karena tekanan ekstrem yang memaksa atom-atom logam untuk menyatu.
Itu berada di dalam inti luar cair, dan diyakini telah berputar ke arah yang sama dengan bagian Bumi lainnya, berdasarkan analisis gelombang seismik yang disebabkan oleh gempa bumi.
Xiaodong Song dan Yi Yang mempelajari gelombang seismik ini, menemukan terkait "pembalikan bertahap dari inti dalam sebagai bagian dari osilasi sekitar tujuh dekade". Makalah mereka diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait:
Advertisement