Kredit Foto: Reuters/Yuya Shino
Badan Pemadam Kebakaran dan Bencana Jepang menjabarkan, sedikitnya 11 orang meninggal selama seminggu terakhir karena gelombang panas tiba-tiba menyebar di seluruh bagian Jepang. Selain itu, gelombang panas ini juga membuat lebih dari 5.000 orang dilarikan ke rumah sakit.
Terjadi lonjakan jumlah pasien di rumah sakit sepanjang 22-28 Juli lalu. Hal itu melihat tingginya suhu udara mencapai 35 derajat celcius.
"Antara 22 dan 28 Juli, jumlah orang yang dirawat di rumah sakit Jepang melonjak tiga kali lipat, ketika suhu tinggi yang intens melonjak hingga 32-35 derajat Celcius," catat badan itu dalam sebuah pernyataan.
Jepang, jelas badan itu cukup terkejut dengan adanya kenaikan suhu drastis. Padahal, semestinya suhu pada bulan Juni dan Juli cukup dingin.
"Gelombang panas datang sebagai pergeseran tiba-tiba dari bulan Juni dan Juli yang relatif dingin, ketika suhu anjlok ke level terendah dalam 30 tahun untuk periode waktu awal musim panas," sambungnya, seperti dilansir Sputnik pada Selasa (30/7).
Menurut surat kabar The Japan Times, suhu di negeri Sakura itu mencapai 35,8 derajat di Prefektur Saitama, 35,7 C di Prefektur Fukushima, 35,5 C di Prefektur Ibaraki, dan 35,4 C di Prefektur Gunma. Temperatur naik di atas 30 derajat juga di prefektur Chiba, Tottori, Fukuoka dan Yamanashi.
Selain itu, surat kabar itu juga melaporkan bahwa Hokkaido Railway Co. secara formal menghentikan lalu lintas kereta api, terutama yang berangkat dari dan tiba di stasiun di bagian timur Hokkaido, karena kekhawatiran distorsi kereta api oleh gelombang panas yang kuat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: