Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

HKTI Apresiasi Kenaikan Nilai Ekspor Pertanian

HKTI Apresiasi Kenaikan Nilai Ekspor Pertanian Petani memanen padi di areal sawah desa Brondong, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (6/3/2019). Kementerian Pertanian melalui Program Upaya Khusus (Upsus) menargetkan penyerapan gabah petani pada Januari hingga Maret 2019 sebesar 1,5 juta ton secara nasional. | Kredit Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat, Entang Sastraatmaja, mengapresiasi peningkatan ekspor yang dicapai Kementerian Pertanian selama empat setengah tahun terakhir. Peningkatan ini sekaligus bukti bahwa arah pertanian Indonesia sedang menuju lumbung pangan dunia.

"Tentu kita harus mempercayai angka-angka peningkatan ekspor yang dikeluarkan BPS (Badan Pusat Statistik)," ujar Entang dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (12/8/2019).

Baca Juga: Jokowi Dukung Petani Migrasi ke Pertanian Modern

Entang mengatakan peningkatan ini sebaiknya diarahkan langsung pada kesejahteraan petani dengan mengacu pada Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP). Kata Entang, Kementan bisa memasang target NTP hingga menyentuh angka 120.

"Menurut saya, Kementan memang harus berani memasang target angka 120 NTP supaya dampaknya bisa dirasakan. Tapi, kita harus apresiasi ekspor yang meningkat ini," katanya.

Entang mengatakan, ke depan target yang dipasang Kementan bisa menjadi alat kampanye gratis pemerintah untuk membangkitkan semangat petani dalam meningkatkan produksi.

"Yang penting berani pasang target dulu. Selanjutnya saya yakin target yang dipasang itu mampu mendorong petani untuk lebih giat lagi dalam berproduksi," katanya.

Sekedar diketahui, angka ekspor produk pertanian Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan. Tercatat, pada tahun 2013 angkanya mencapai 33,5 juta ton. Dalam tiga tahun terakhir, jumlah ekspor tersebut melonjak tajam menjadi 36,1 juta ton dan 40,4 juta ton. Lalu pada tahun 2017 dan 2018, jumlahnya kembali meningkat hingga 41,3 juta ton dan 42,5 juta ton.

Pengamat ekonomi Universitas Sam Ratulangi Agus Tony Poputra menilai langkah pemerintah dalam mendorong ekspor komoditas buah-buahan, CPO, dan sarang burung walet, ke China merupakan langkah tepat.

"Buah-buahan tropikal itu dibutuhkan di sana karena tidak ada buah-buahan tropikal semisal pisang, nanas, dan sebagainya. Itu cocok kita masuk ke China," katanya.

Agus mengatakan peningkatan ekspor buah-buahan ke China bisa dilakukan dengan mulai mendorong produksi yang disertai langkah menjaga kebutuhan dalam negeri dan menjamin kestabilan harga komoditas ini.

Untuk produk CPO, Agus menyetujui peningkatan ekspor komoditas ini karena produk sawit olahan tersebut sedang membutuhkan pasar luar negeri yang besar untuk menyerap tingginya produksi dalam negeri.

"Sedangkan sarang burung walet biasa dikonsumsi masyarakat menengah atas, tidak banyak pengaruh ke masyarakat luas, jadi bagus diekspor," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: