Plt Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan, salah satu sumber asap di Jambi dan Riau disebabkan satu titik panas atau hotspot di Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel).
"Iya salah satu sumbernya dari perbatasan Sumsel-Jambi di Bayung Lencir Muba Sumsel. Selain asap dari Jambi sendiri," ujar Agus kepada Republika, Sabtu (17/8/2019).
Ia menganalisis berdasarkan data hotspot Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bahwa ada cukup banyak hotspot di Sumsel, Jambi, dan Riau. Terdapat warna merah dalam peta yang berarti hotspot kategori tinggi serta kuning kategori rendah.
Baca Juga: Karhutla Sudah Ganggu Pariwisata Nasional?
Agus menuturkan, ada satu hotspot di perbatasan Sumsel dan Jambi yaitu di Bayung Lencir, Musi Banyu Asin, Sumsel yang sangat besar dan menghasilkan asap sampai ke Riau. Asap yang berasal dari Sumsel dan karhutla di sekitar Siak, Riau itulah yang sampai ke Kota Dumai sehinga jarak pandang hanya 50-100 meter.
"Hotspot ada dimana-mana, kita harus memprioritaskan hotspot yang paling besar dan berpengaruh terhadap asap yang harus dipadamkan terlebih dahulu," kata Agus.
Dengan demikian, BNPB menyusun prioritas pertama dan kedua untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Prioritas pertama, dengan memadamkan karhutla di Tanjung Lencir secepatnya dengan mengerahkan helikopter water bombing dan pasukan darat ke titik tersebut.
Baca Juga: Tito dan Hadi Turun Langsung ke Area Karhutla di Pekanbaru
"Di Sumsel tambah dua helikopter, ini sebagian besar digeser ke Bayung Lencir. Pasukan darat juga," tutur Agus.
Prioritas kedua, untuk mengatasinya dengan memadamkan karhutla di Siak dan kampar Riau. Sebab, ada beberapa kelompok hotspot yang besar dan harus dipadamkan terlebih dahulu.
Ia menambahkan, selain pasukan helikopter water bombing dan pasukan darat, ada operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di Riau. Menurut Agus, beberapa hujan buatan yang dilakukan berhasil memadamkan karhutla di sejumlah titik panas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Clara Aprilia Sukandar