Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kata Menteri Rini, Pertamina Kini Lebih Efisien Berkat...

Kata Menteri Rini, Pertamina Kini Lebih Efisien Berkat... Gedung Pertamina di Jakarta. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mendorong PT Pertamina (Persero) untuk menekan biaya dan mengefisienkan operasional migas di seluruh lini bisnisnya.

Agar lebih efisien, Menteri Rini menginstruksikan Pertamina untuk terus bertransformasi secara digital. Menurutnya, penerapan teknologi digital merupakan suatu keharusan sebagai dampak revolusi industri 4.0.

Rini kembali melanjutkan, dirinya mengaku sangat senang dengan perkembangan digital yang dimiliki Pertamina. Alasannya, mulai dari hilir hingga hulu, Pertamina sudah bisa mengontrol dengan menggunakan teknologi digital. Dengan begitu, Pertamina bisa mengidentifikasi jika ada masalah di lapangan ataupun sektor hulu.

"Dulu di sektor hulu itu banyak pengadaan sendiri-sendiri. Akhirnya, biaya operasional menjadi sangat tinggi. Dengan desentralisasi ini dan terlihat dari pusat serta mengikuti prosedur yang ada, Insya Allah Pertamina akan semakin efisien," ujar Menteri Rini dalam acara Pertamina Digital Expo 2019 di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (29/8/2019). 

Baca Juga: Berkat Transformasi Digital, Kimia Farma dan Pertamina Sabet Penghargaan Se-Asia Tenggara

Teknologi digital milik Pertamina ini bisa mengetahui jumlah cadangan minyak dan gas yang berada di blok-blok Pertamina. Selain itu, penerapan digital ini bisa membantu Pertamina untuk menghasilkan produk-produk yang bisa menekan impor minyak.

"Ini caranya juga mengurangi penggunaan devisa negara dalam menyediakan kebutuhan energi di Indonesia," sambungnya. 

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan teknologi digital di sektor migas sudah sangat lazim diterapkan. Terbukti, ada beberapa kerja sama perusahaan migas dengan perusahaan digital antara lain Repsol dengan Google, dan Chevron dengan Microsoft.

"Hal tersebut merupakan paradigma dan model baru bisnis yang memaksa kita tidak melakukan bisnis as-usual, namun juga harus berani berubah dengan melakukan strategi membangun ekosistem baru yang saling menguntungkan," katanya.

Fajar Harry menyampaikan Pertamina susah memulai berkolaborasi dengan BUMN lain, seperti Telkom dalam Digitalisasi SPBU dan pengembangan program loyalti melalui MyPertamina, yang telah disempurnakan dengan alat pembayaran LinkAja.

"Namun saya mengharapkan dan mendorong agar bentuk-bentuk ekosistem digital ini terus dikembangkan, tidak hanya meningkatkan value bagi perusahaan BUMN, namun juga memberikan dampak yang signifikan bagi negara dalam era industri 4.0 ini," katanya.

Sejak 2017, kolaborasi antara businees user dengan fungsi corporate information and communication technologies (CICT) di Pertamina telah menghasilkan workshop 133 use cases yang dikelompokkan di dalam 16 tema besar prioritas transformasi digital.

Tantangan bisnis yang semakin cepat harus dihadapi Pertamina dengan kemampuan beradaptasi secara cepat, tidak hanya dari sisi teknologi namun juga dari sisi people dan process, dengan tetap fokus pada objektif bisnis yaitu meningkatkan produktifitas dan efisiensi biaya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: