Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Iran Minta Indonesia Desak Semua Pihak Patuhi Kesepakatan Nuklir Karena...

Iran Minta Indonesia Desak Semua Pihak Patuhi Kesepakatan Nuklir Karena... Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
Warta Ekonomi, Jakarta -

Iran meminta Indonesia untuk mendesak semua pihak agar terus mematuhi kesepakatan nuklir. Permintaan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif saat melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi di Jakarta, Jumat (6/9/2019).

Zarif mengatakan, dalam pertemuan dengan Retno dia menjelaskan mengenai situasi seputaran kesepakatan nuklir.

"Langkah-langkah yang telah kami ambil, telah ditentukan dalam JCPOA dalam paragraf 36 sebagai solusi untuk penarikan Amerika Serikat (AS), yang merupakan pengulangan sanksi ilegal terhadap Iran yang kami sebut terorisme ekonomi karena mereka menargetkan warga negara Iran," papar Zarif pada Jumat (6/9/2019), menggunakan nama resmi kesepakatan nuklir.

Baca Juga: Kritik Menlu Iran: Palestina Bukan Real Estate yang Bisa Dijual atau Beli

Zarif menyebut, Iran terus berusaha untuk menyelamatkan kesepakatan, yang dia gambarkan sebagai pencapaian besar dalam dunia diplomasi.

"Presiden (Donald) Trump menyebut mereka perang, kami menyebutnya terorisme karena mereka menargetkan warga, warga sipil Iran dan juga kegagalan orang Eropa untuk melaksanakan bagian mereka dalam tawar-menawar," sambungnya.

Dia lalu menuturkan Iran telah berulang kali menyampaikan bahwa begitu pihak-pihak kembali mematuhi kesepakatan nuklir, Teheran siap untuk membalikkan tindakan sementara yang telah diambil untuk memperbaiki ketidakpatuhan terhadap JCPOA.

"Kami juga ingin teman-teman Indonesia meminta semua orang untuk menerapkan sepenuhnya JCPOA dan resolusi Dewan Keamanan 2231 yang bertumpu pada dua premis program nuklir Iran tetap damai dan normalisasi hubungan ekonomi dengan Iran," ungkapnya.

Namun, kata Zarif, hasil yang diperoleh tidak sesuai harapan. AS bahkan menghukum orang lain karena menormalkan hubungan ekonomi dengan Iran.

"Sayangnya AS tidak hanya tidak menormalkan hubungan ekonomi dengan Iran, tetapi juga menghukum orang lain karena menormalkan hubungan ekonomi dengan Iran. Hal ini sama sekali tidak dapat diterima," tukasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: