Rangkaian kegiatan Road to Musyawarah Nasional (Munas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) XVI berupa kuliah umum, debat terbuka, serta uji kelayakan dan kepatutan untuk memilih Ketua Umum Hipmi 2019–2022, telah memasuki fase akhir. Ketiga calon ketua umum (caketum) berpartisipasi dalam debat final yang digelar secara live pada Minggu (8/9/2019) di Studio 1 Menara Kompas, Jakarta.
Ketiga caketum yang tengah berkontestasi, Bagas Adhadirgha (Ketua Bidang Luar Negeri dan Pariwisata BPP Hipmi), Ajib Hamdani (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi), dan Mardani H Maming (Wakil Bendahara Umum BPP Hipmi dan mantan Bupati Tanah Bumbu). Tema yang diusung dalam debat tersebut ialah Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0.
Salah satu permasalahan yang terdapat dalam bidang ekonomi sekarang adalah lambatnya pertumbuhan ekonomi secara global dan hal ini akan terus berlanjut hingga 2020 mendatang, di mana Indonesia akan terkena dampak, sedangkan dalam tiga tahun terakhir revolusi 4.0 terus berkembang.
Baca Juga: Pesan Latief untuk Calon Pengurus Hipmi, Pelatihan Kerja Sangat Diperlukan
Panelis Aviliani mempertanyakan bagaimana peran UKM yang juga anggota Hipmi dalam hal ini. Apabila belum semua memeroleh manfaat, apa yang akan dilakukan Hipmi untuk membantu kondisi UKM yang tertinggal tersebut dalam menghadapi kondisi global yang penuh tantangan.
Bagas, caketum nomor urut 1, memaparkan bahwa Hipmi akan menjadi organisasi servis dan mengadakan banyak pelatihan, terutama di bidang teknologi informasi. Hipmi akan mendukung para pengusaha muda UKM dengan cara menjadikan Hipmi sebagai pusat inkubator sehingga UKM-UKM tersebut dapat terverifikasi, baik dalam dan luar negeri.
Caketum nomor urut 2, Ajib mengatakan bahwa solusi tercepat menghadapi situasi ini adalah dengan investasi. Untuk itu, pemerintah harus memiliki komitmen jelas terutama masalah regulasi. Apabila jelas, maka perdagangan akan baik. Selain itu, program edukasi juga akan tetap dijalankan.
Sementara menurut caketum nomor urut 3, Mardani, saat ini Indonesia boleh bangga bahwa banyak startup terkenal berasal dari negeri ini walaupun kini tidak 100% dikuasai anak bangsa. Hal tersebut akan menjadi perhatian Hipmi dengan mendorong negara untuk mengambil alih, dengan cara mewajibkan startup tersebut membuka kesempatan bagi perbankan Indonesia. Para Hipmi harus dapat mengubah mental bangsa.
Ketua Umum Hipmi 2015–2018, Bahlil Lahadalia saat membuka debat, mengatakan, Hipmi lahir dengan cita-cita mulia menyejaterahkan kemerdekaan, menyejaterahkan rakyat, dan menjadi pemain ekonomi Indonesia, sekaligus menjadi tuan di negeri sendiri.
Baca Juga: Pimpin Hipmi Butuh Kerja Sama Seluruh Anggota
Anggaran dasar Hipmi sendiri bertujuan bagaimana menciptakan anak muda yang memiliki kapasitas entrepreneurship dan bagaimana Hipmi sebagai mitra strategis pemerintah, berjuang untuk menumbuhkembangkan suasana ekonomi yang berpihak pada penguatan pengusaha nasional. Jadi, Bahlil yakin Hipmi akan dipimpin oleh orang yang memiliki kompetensi.
"Debat hari itu adalah sebagai bentuk wujud komitmen moralitas dan wujud komitmen intelektualitas sebagai kader Hipmi untuk membawanya ke depan ke arah yang lebih baik. Ketiga calon yang hadir di acara debat adalah calon-calon terbaik yang memiliki kompetensi dan leadership dalam ekonomi nasional," terang Bahlil.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: